Kali ini saya akan menghubungkan dunia Gizi dengan salah satu agama, yaitu agama Islam. Hal yang akan dibahas adalah kaitannya dengan konsumsi lemak. Banyak yang sudah mengetahui bahwa lemak yang terdapat pada daging binatang juga mempunyai manfaat. Rasulullah saw. sendiri juga memperbolehkan untuk memakannya. Namun, tetap tidak boleh berlebihan dalam mengonsumsinya.
Dalam perayaan hari besar umat Islam seperti Idul Fitri maupun Idul Adha, tidak lengkap rasanya bila tidak disuguhkan menu masakan yang spesial. Opor ayam, ketupat, gulai kambing, sate kambing, rica-rica kambing, semur, sampai brongkos kambing adalah menu-menu yang biasa disajikan. Pada umumnya, makanan dengan bahan utama daging atau protein hewani lebih mendominasi sebagai menu masakan.
Daging memang mengandung cukup banyak lemak, dan dapat mempengaruhi kesehatan tubuh jika berlebihan dalam mengonsumsinya. Namun, semua orang membutuhkan lemak untuk membantu penyerapan vitamin A, D, E, K, transmisi syaraf, dan menjaga integritas membrane sel di dalam tubuh. Meskipun lemak yang dibutuhkan tidak boleh berlebihan karena dapat meningkatkan berat badan dan berefek pada penyakit jantung dan kanker.
Lemak yang ada pada makanan dapat membentuk rasa, aroma, dan tekstur yang lebih baik serta memberikan rasa puas setelah dikonsumsi. Lemak yang baik dikonsumsi adalah lemak tak jenuh tunggal, yang banyak terdapat pada kacang tanah, minyak kanola, dan buah zaitun. Lemak yang berasal dari kacang atau produk kacang-kacangan (almond, mete, hazelnut, kacang tanah) selain sebagai sumber protein juga sumber serat dan fitokimia (pencegah kanker). Ikan laut, khususnya salmon dan makarel mengandung asam lemak omega-3 yang cukup tinggi. Zat tersebut baik dikonsumsi bagi mereka yang memiliki kadar kolesterol tinggi.
Namun demikian, pada beberapa lemak hewani ditemukan juga kandungan lemak jenuh, yaitu lemak yang pada setiap atom karbonnya terdapat hydrogen. Lemak macam ini tidak baik dikonsumsi berlebihan karena cenderung meningkatkan kolesterol jahat.
Mengenai ikan laut, sebuah hadist shahih Bukhari-Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ra. Ia menceritakan : “Nabi pernah mengutus tiga ratus pengendara dengan Abu Ubaidah bin al-Jarrah sebagai pemimpin diantara kami. Sampailah kami di sebuah pantai. Karena kami merasa lapar sekali sehingga terpaksa kami menyantap apa saja. Tiba-tiba seekor ikan besar terlempar dari laut ke arah kami, yakni yang dikenal dengan ikan paus. Selama setengah bulan kami menyantap ikan tersebut, bahkan kami menjadikan lemaknya sebagai lauk pula, sehingga tubuh kami menjadi kuat… ”.
Dalam buku Metode Pengobatan Nabi, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa gajih atau lemak yang terbaik adalah yang berasal dari hewan yang sempurna. Menurut buku itu, lemak gajih berkhasiat menghilangkan gangguan tenggorokan, melegakan pernapasan, tetapi bisa berbau tengik. Hal ini bisa diatasi dengan jeruk nipis, garam, dan jahe. Lemak gajih kambing tua membantu dalam proses pencernaan dan berkhasiat mengobati luka usus. Namun, lemak gajih domba jantan (tua) lebih kuat lagi, dapat digunakan sebagai obat suntik untuk luka lecet.
Makanan berlemak tinggi memang kerap kali dihindari karena dianggap beresiko menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan. Namun, jika dikonsumsi sesuai kebutuhan, tidak akan menjadi masalah. Di dalam tubuh, lemak adalah bagian setiap sel, khususnya sel otak dan syaraf, serta sebagai cadangan energy. Selain itu, lemak dibutuhkan untuk pembentukan hormone, empedu, pengatur suhu tubuh, pelindung organ, sebagai pelumas (pada persendian dan mata).
Oleh karena itu, kita hendaknya bisa mengontrol diri sendiri untuk tidak berlebihan mengonsumsi makanan-makanan tinggi lemak agar kesehatan kita tidak terganggu.
Semoga bermanfaat..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H