Sumber curhat seorang teman, bukan aku.
Hidup di Jakarta ini sulit. Kalau gak pintar-pintar memainkan peranan dalam memanfaatkan situasi, niscaya akan ketinggalan orang lain di Jakarta ini. Sory kalau setelah aku mengaku kisahku ini aku adalah adalah cewek yang gampangan menurutmu. Tapi jika kamu tahu perjuangan hidupku, kamu akan mengerti kenapa aku harus merelakan tubuhku demi karirku.
Dalam hal ini aku curhat untuk meringankan bebanku tentang bagaimana aku bisa mendapatkan posisi yang baik dan salary yang memadai untuk menopang kehidupan keluargaku. Aku dilahirkan dari keluarga yang pas-pasan. Dengan pinjaman sana sini dan bantuankerga aku dkuliahkan oleh orang tuaku dengan harapan bisa menjadi penopang keluaga.
Setelah lulus kuliah, aku bekerja di sebuah Perusahaan yang cukup bonafid di Jakarta.Daam pekerjaanku, diam-diam atasanku sering memperhatikan aku. Kelebihanku aku memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang menggoda. Dengan pakaian formil yang seksi, yang menonjolkan lekuk liku tubuhku, aku dapat meraih keinginan atasanku. Tak apalah asal dia bisa mendongkrak salary dan posisi yang lebih baik
Atasanku sering memintaku untuk membantu melakukan pekerjaannya disampingnya didalam kantornya. Didalam kantornya yang tertutup rapat dia sering meraba-raba dan menggerayangi tubuhku. Dia memberiku arahan bagaimana melakukan pekerjaan yang baik. Seringkali aku diajak makan siang bersama dan membicarakan hal-hal diluar pekerjaan.
Hingga suatu saat dia memintaku untuk melayaninya. Aku tak kuasa menolak karena selain dia atasanku aku takut kehilangan pekerjaan ku kalau menolak melayani keinginannya. Dia berjanji akan bantu aku menaikan jabatan dan gaji bukan hanya sekedar sekertaris & admin, janjinya. Aku diam saja, dan tidak terlalu kaget mendengar janji-janjinya karena sejujurnya itu yang aku harapkan hingga akhirnya kurelakan tubuhku untuknya.
Setelah seringkali melayani keinginan atasanku, akhirnya janjinya dipenuhi. Cita-cita dan keinginanku tercapai sudah, secara materi maupun status sosial, sekalipun aku hidup dalam penjara melayani keinginan atasanku setiap kali dia memintanya. Jalanku tidak harus terhenti disini sekalipun terkadang rasa gundah ini selalu mengusikku. aku tidak merasa tersiksa dengan perasaan yang membayangiku atas rasa salahku.
Kini aku sudah tak peduli, meski kadang kusesali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H