Era globalisasi adalah tantangan tersendiri untuk bangsa Indonesia mempertahankan jati diri di tengah pergaulan antar bangsa yang sangat ruwet. Bangsa Indonesia sendiri diminta untuk bisa mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah  jiwa bangsa yang menunjukkan jati diri bahasa.
Mengapa ini menjadi sangat penting? Karena globalisasi dan semua akibatnya akan berpengaruh luas dalam berbagai segala aspek kehidupan, khususnya bahasa. Dengan bahasa yang semakin global, yang terpenting adalah bahasa asing/gaul yang hampir dipakai oleh generasi milenial. Dan terjadinya pergeseran terhadap bahasa Indonesia sendiri.
Sehingga hal ini menimbulkan bahasa yang sudah ada pada suatu bangsa menjadi pudar kedudukannya. Kemudian bagaimana dengan bahasa Indonesia? Pada saat ini mulai adanya fenomena ke arah sana. Semenjak adanya kecenderungan seperti sebuah kata, tempat hiburan, tempat perbelanjaan, film, musik, dan banyak lainya dengan menggunakan bahasa asing/gaul, seperti salty, tea, nyokap, Bintaro Plaza Mall, Grand Indonesia Mall, film "My Stupid Boss", lagu "It's Only Me", dan contoh lainya yang semakin banyak.
Ditambah dengan adanya kejadian bahwa bahasa asing/gaul lebih diutamakan oleh berbagai masyarakat, terutama dari kalangan milenial. Adanya pandangan bahwa bahasa asing/gaul lebih bersifat maju dan mempunyai nilai sosial yang lebih baik. Ditunjukkan dengan ramainya kalangan milenial dengan bangga menggunakan bahasa asing/gaul pada setiap kesempatan.Â
Hal  ini menjadi suatu yang sangat disayangkan. Penggunaan bahasa asing/gaul dimulai dari berbicara adalah suatu yang harus digunakan secara bijak. Kalau kita  lihat kenyataannya sekarang kepeduliaan generasi milenial dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, harus diakui belum sesuai harapan. Ironisnya, belum ada keinginan untuk meningkatkan mutu berbahasa. Kaum milenial yang sangat mengagungkan nilai modern supaya lebih terhormat dan terpelajar jika menyelipkan kata asing/gaul.
Kecenderungan milenial yang menggunakan istilah asing/gaul, baik dalam ucapan dan tulisan yang berdampak bagi penggunaan bahasa Indonesia. Artinya kecenderungan  modernisasi bahasa yang mulai marak di kalangan milenial dalam berbagai kegiatan meski disikapi dengan bijak. Sedangkan modernisasi sangat dibutuhkan dalam menghadapi arus globalisasi sehingga bahasa kita menjadi bahasa komunikasi yang praktis, luwes, dan terbuka. Namun, sebagai milenial jangan sampai pada saat modernisasi menggunakan bahasa yang berlebihan  yang bisa menghilangkan kesetiaan, kecintaan, dan kebanggan terhadap bahasa nasional.
Bahasa Indonesia diinginkan mampu menghasilkan generasi maju dan modern, yang pada saat gilirannya mampu membuat bahasa Indonesia menjadi bahasa komunikasi yang praktis, luwes, dan terbuka  di tengah kebudayaan global yang terus menerus menawarkan perubahan dan dinamika kehidupan. Dengan kata lain, bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa yang modern namun tetap menjadi jati diri sebuah bangsa yang beradab dan berbudaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H