Dengan perolehan suara yang didapat dari hasil penghitungan cepat kemarin PDIP mampu meraih 19 % suara, dan hanya membutuhkan sekitar 1 % Â suara saja untuk dapat memenuhi Presidential Threshold. Hal ini mungkin tidaklah sulit untuk mendapatkan angka 1 % karena sebelumnya PDIP sudah mempunyai koalisi abadi yang selalu mendukung langkah PDIP yaitu partai Nasdem. Yang dipusingkan oleh PDIP adalah pembagian kue yang akan diberikan oleh PDIP kepada Nasdem. Bagaimana jika Bp Surya Paloh mengajukan diri sebagai cawapres dari Jokowi sebagai syarat dari koalisi, bukankah nantinya akan membuat PDIP pusing sendiri.
Bila dilihat dari peta politik yang didapat dari hasil penghitungan cepat kemarin, kebingungan dialami oleh ketua umum dan pimpinan masing masing parpol pemenang pemilu, karena mereka harus menyiapkan strategi sendiri dalam memenangkan kepentingannya ketika berkoalisi dengan partai lain. Gerindra sendiri yang mempunyai suara 11 Â % tampak kebingungan untuk mencari teman koalisi yang mau diatur olehnya. Dan sangat disayangkan hanya PPP saja yang terlihat mau menyatukan suara untuk menjadikan prabowo sebagai calon presiden, tentunya dengan tawaran tawaran tersendiri, selebihnya belum kelihatan partai lain yang akan merapat ke Gerindra. Untuk Golkar sendiri terlihat kegamangan dalam memilih koalisi abadi di parlemen, seperti biasa Golkar melempar politik jual mahal dengan menembak langsung tidak akan berkoalisi dengan PDIP, dengan alasan hadirnya tokoh JK Â yang digadang gadangn kuat akan mendampingi Jokowi cawapres. Tentunya pengalaman terdahulunya telah menjadi pelajaran yang berharga bagi partai Golkar sendiri, untuk itu kiranya perlu Ical mengambil sikap bahwa Golkar takkan berkoalisi dengan PDIP sambil mengamankan internalnya dari pengaruh JK dan menjadikan opini Akbar Tanjung sebagai sebagai cawapres resmi dari partai Golkar.
Partai Demokrat walau pun hanya mendapat 10 persen dari hasil pemilihan legislatif nampaknya partai ini sudah mendapatkan keamanan dan kenyamanan. Seperti kita ketahui 2 partai lain seperti partai PKB dan PAN merupakan koalisi abadi dari partai demokrat. Dengan koalisi bersama demokrat partai partai tersebut sudah mendapatkan kemanan dan kenyamanan dalam parlemen atau pemerintahan, dan sedikit banyak akan mempengaruhi pertimbangan partai partai tersebut untuk berkoalisi dengan Demokrat. Dan jika dilihat dari kemampuan capresnya demokrat PKB, Demokrat dan PAN sendiri memiliki capres yang mempunyai wawasan dan jam terbang yang lebih tinggi dari Jokowi sendiri. Tinggal dilakukan penggodokan yang lebih seksama dalam mengalahkan Jokowi effect di mata masyarakat dan di parlemen kelak.
Inilah pertarugan yang sebenarnya bukan saja yang akan dilakukan ketika pilpres tapi pertarungan ini akan terus berlangsung hingga masa pemerintahan presiden yang baru. Yang jelas kita semua telah menerima hasil pemilihan legislatif tahun ini dan kita mendukung adanya presiden baru, dan berharap presiden baru dapat melanjutkan keberhasilan program pemerintahan SBY bahkan harus meningkatkan lagi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI