Mohon tunggu...
Dini Amania
Dini Amania Mohon Tunggu... Mahasiswa - this is me ^^

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ghosting? Apa Itu?

14 Maret 2021   20:51 Diperbarui: 14 Maret 2021   21:23 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Dalam beberapa hari ini, Media sosial ramai oleh kisah asmara Kaesang dan Felicya Tissue yang kandas di tengah jalan. Hubungan itu dikabarkan tengah tidak harmonis karena salah satu diantaranya meninggalkan pasangannya tanpa status yang jelas. Istilah unik yang tampaknya berseliweran di lini massa. itu adalah kata "ghosting".

Mungkin ghosting ini aku bahas lagi ya, sebelumnya aku lihat fenomena ini cukup nge-trend ketika orang-orang mulai mencari pasangan melalui akun online seperti tinder dan lain-lain. Nah, ghosting ini adalah fenomena yang menurut teori yang aku baca, Williams mengatakan " Ghosting adalah silent treatment " dimana perilaku ini dianggap oleh para profesional kesehatan mental sebagai bentuk kekejaman emosional.

Ghosting hanya dilakukan oleh mereka yang bernyali pecundang, dan mereka yang sedang mengalami krisis mental dan jati diri. Dan lebih buruknya lagi, mereka para pelaku ghosting tidak pernah merasa bersalah atas perilaku mereka yang datang lalu membuat nyaman dan pergi begitu saja tanpa adanya sebuah penjelasan hingga tidak ada lagi komunikasi dan kemudian orang itu datang lagi seenaknya lalu pergi lagi dan itu dianggap hal yang wajar baginya, dan juga mereka enggan mengakui kesalahannya dan tidak mau disalahkan dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Tanpa mereka sadari perilaku ghosting yang mereka lakukan itu membawa pengaruh terhadap mental korbannya, karena korbannya selalu dihantui dengan perasaan bersalah karena dia takut kalau dengan perginya pasangannya itu karna atas kesalahannya.

Di kutip dari Alinea, Jennice Villhauer, direktur program psikoterapi di Emory Healthcare, AS, menyebutkan bahwa sakit hati yang dirasakan berkat fenomena ini bisa mengaktifkan saraf sakit yang sama ketika tubuh merasakan sakit. Peristiwa ghosting umumnya akan memberikan keadaan clueless pada korban hingga ia tidak tahu bagaimana harus bereaksi, ia menghasilkan ambiguitas yang dilematik.

Banyak ahli terapi kesehatan mental sepakat bahwa ghosting adalah bentuk kekejaman emosional. Ia mengakibatkan saya-dan banyak korban lainnya-tidak bertemu kesempatan untuk memperoleh informasi yang sebenar-benarnya. Ia bahkan bisa saja membuat korbannya terdiam dan tidak bisa mengekspresikan emosi. Ini jelas buruk bagi korban yang punya penghargaan diri rendah, apalagi kalau terjadi berkali-kali. Proses pemulihan yang dibutuhkan tidak semudah minum obat tiga kali. (magdalene.co)

Nah sekarang jika kita menjadi korbannya, apa yang harus kita lakukan ? yang pertama, kalau kamu pelakunya, Insaflah. kalo kamu korbannya bagaimana cara menghadapinya? perlu di ingat bahwa kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mencintai diri kita selain diri kita sendiri. Artinya, ini adalah suatu proses yang sangat berat tapi jangan pernah lupa kalau kita harus menerima kenyataan, dimana perilaku ghosting ini artinya menjadi sebuah clue bagi kamu untuk melihat sikap dia yang tidak menghargai kamu pada saat kalian belum ke jenjang yang lebih serius. Artinya ini menjadi refleksi bahwa pertanyaan yang perlu dijawab, yakin mau berhubungan dengan laki-laki atau perempuan seperti itu? maka, terimalah bahwa kamu sedang menghadapi fenomena sebagai korban ghosting. 

Yang kedua, biarkan atau rasakan segala emosi yang hadir dari apa yang muncul, coba sebutkan dan artikulasikan perasaan kamu, sedih, kecewa, marah dan setelah itu kamu lihat lagi yang kamu lakukan ketika kamu sedih dan kamu amati. jika kamu menangis, it's okey kasih waktu sampai kapan ya aku boleh menangis, berapa lama ya tidak akan berhubungan dulu dengan siapapun, it's okey. What's next apa yang kamu butuhkan pada saat kamu merasakan apa yang kamu tahu tentang kebutuhan kamu, disitulah kita belajar untuk perlahan menerima kenyataan. 

And then pada saat itu juga otomatis kita berhenti menyalahkan diri kita sendiri yang aku merasa menyalahkan diri sendiri bukan berarti justru akan membuat kita lebih baik tapi yang ada justru memperburuk perilaku kita terhadap relasi yang kita temui di orang-orang yang nyata dalam hidup kita secara offline. Yang terakhir, yaitu berhenti atau hindari untuk menyendiri terlalu lama karena kalau kalian menghindari dari keramaian, justru ini yang membuat kalian merasa sendiri, coba kita tetap bersosialisasi dan melakukan hal yang disukai meskipun perasaannya sangat luar biasa negatif.

Intinya, satu hal yang harus diingat :

" Love your self first before you love another ".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun