Kopi merupakan tanaman perkebunan yang sudah lama dibudidayakan. Selain sebagai sumber penghasilan rakyat, kopi menjadi komuditas andalan ekspor dan sumber pendapatan devisa negara. Meskipun demikian, komuditas kopi sering kali mengalami fluktuasi harga sebagai akibat ketidak seimbangan antara permintaan dan persediaan komoditas kopi dipasar dunia. Penikmat kopi setiap waktunya juga semakin bertambah. Tidak hanya dari kalangan dewasa, remaja milenial juga ikut menjadi penikmat kopi.
Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Kopi arabika (Coffea arabica) berasal dari afrika, yaitu daerah dipegunungan di Etiopia. Namun demikian, kopi arabika baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan diluar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Jazirah Arab. Melalui saudagar Arab, minuman tersebut menyebar kedaratan lainnya. Awalnya mereka mencoba memakan buah kopi dan merasakan adanya tambahan energi. Dengan adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi, buah kopi dimanfaatkan menjadi minuman kopi seperti saat ini.
Masyarakat di Arab menyebut minuman yang berasal dari biji kopi tersebut sebagai Qahwa yang berarti pencegah rasa ngantuk. Oleh karena itu, kopi menjadi minuman para sultan untuk diminum malam hari sebagi pencegah rasa ngantuk di tenda. Kata Qahwa (Qahwain) berasal dari bahasa Turki, yaitu kahven. Adapun istilah kopi untuk tiap negara berbeda-beda, yaitu kaffee (jerman), Coffee (Inggris), cafe (Perancis),koffie (Belanda), dan kopi Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar nomor 4 dunia setelah Brazil, Vietnam, Kolombia, dengan hasil produksi 700 ribu ton.
Perkembangan buah kopi diawali dari pembentukan bakal (primoldia) bunga, pertumbuhan bunga, pemekaran bunga, persarian dan pembuahan bunga kopi. Keberhasilan pembentukan bunga sampai dengan proses perkembangan bunga menjadi buah kopi masak untuk dipetik memerlukan waktu kurang lebih satu tahun. Sedangkan perkembangan buah kopi diawali setelah bunga kopi mekar (anthetis) dan terjadi pembuahan sel jantan dan sel telur membentuk gamet pada bakal biji (ovule) dalam bakal buah (ovary).
Bapak solihin sebagai salah satu petani kopi arabika di desa limbangan, mengaku bahwa usaha yang dirintisnya sangat stabil walaupun di era pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Sebagai seorang petani kopi, Pak solihin tidak memiliki perkebunan kopi sendiri melainkan menjadi pegepun dan membeli kopi dari pohonnya langsung milik orang lain. Mestipun demikian, untuk perawatan dan penjagaan secara berkala, Pak Solihin memakai biaya pribadinya dan menjaga serta merawatnya sendiri. Perawatan khusus kopi seperti dari pemilihan batang yang bagus, tunas yang harus dipotong, dan cabang yang harus dirawat dari setiap pohon secara berkala.
Batang pada pohon kopi tidak boleh dibiarkan terlalu panjang karena dapat merusak kualitas pada kopi. Pemilihan tanaman kopi didasarkan pada cocoknya daerah yang ditami dengan tanaman yang akan ditanam yaitu daerah yang dingin dan sedikit panas. Bulan Juni setiap tahunnya menjadi waktu yang pas untuk memanen kopi. Kopi yang sudah dipanen selanjutnya dijemur dan di slap, agar antara kulit luar dan biji kopi terpisah secara baik dan benar. Penjemuran yang dibutuhkan untuk menjemur kopi yang sudah di slap yaitu selama 4 hari. Pak Solihin hanya melakukan proses pengolahan kopi sampai tahap penjemuran saja, kemudian kopi yang sudah dijemur akan di jual di pasar dekat tempat tinggalnya dengan harga 21 ribu/Kg.
Omset yang dapat dihasilkan dari penjualan kopi yaitu mencapai 10-15 juta rupiah. Dengan penghasilan yang terbilang besar, tidak menutup kemungkinan bahwa menjadi petani kopi juga memiliki beberapa kendala diantaranya cuaca yang tidak mendukung seperti kemarau yang panjang yang menyebabkan tidak perkembangnya kopi secara sempurna, maupun hujan yang terus menerus setiap harinya menyebabkan penjemuran yang tidak stabil dan malah menurunkan harga jual pada kopi. Maka dari itu perlu adanya pemantauan yang rutin agar biji kopi yang dihaslkan sesuai dengan yang diharapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H