Emotional investment di luar kegiatan akademik telah menjadi fenomena yang semakin menonjol di kalangan mahasiswa saat ini. Di era digital yang serba terhubung, banyak mahasiswa yang mencurahkan energi emosional mereka secara mendalam pada berbagai aktivitas non-akademik. Mulai dari mengikuti idol group, mendalami hobi seperti gaming, menjadi bagian dari fandom tertentu, hingga terlibat aktif dalam komunitas virtual. Fenomena ini menarik untuk dicermati karena memiliki kaitan erat dengan bagaimana mahasiswa menjalani kehidupan akademik mereka. Ketika seorang mahasiswa terlalu larut dalam aktivitas di luar akademik, seringkali muncul tantangan dalam membagi waktu dan energi. Perhatian yang seharusnya difokuskan pada kegiatan pembelajaran bisa teralihkan oleh ketertarikan yang kuat pada aktivitas non-akademik tersebut. Study engagement atau keterlibatan dalam studi menjadi aspek yang rentan terpengaruh. Mahasiswa mungkin mengalami kesulitan berkonsentrasi saat kuliah karena pikiran masih terpaku pada kegiatan di luar akademik yang mereka minati. Pengerjaan tugas bisa tertunda karena waktu lebih banyak dihabiskan untuk mengikuti perkembangan idola atau komunitas yang mereka ikuti. Bahkan, beberapa mahasiswa rela begadang demi tidak ketinggalan event virtual, yang kemudian berdampak pada kehadiran dan performa mereka di kelas keesokan harinya. Academic performance atau prestasi akademik tentu bisa terdampak dari pola ini. Nilai-nilai ujian bisa menurun akibat persiapan yang kurang maksimal. Tugas-tugas mungkin dikerjakan seadanya karena keterbatasan waktu dan energi. Pada beberapa kasus, mahasiswa bahkan mengalami penurunan IPK yang signifikan karena tidak mampu menyeimbangkan antara passion mereka di luar akademik dengan tanggung jawab sebagai mahasiswa. Namun, tidak semua emotional investment di luar akademik berdampak negatif. Beberapa mahasiswa justru mampu mengambil pelajaran berharga dari keterlibatan mereka dalam komunitas atau aktivitas yang mereka minati.Â
Misalnya, kemampuan manajemen waktu yang lebih baik, keterampilan berkomunikasi yang terasah, atau bahkan motivasi untuk berprestasi yang terinspirasi dari idola mereka. Kunci utamanya terletak pada bagaimana mahasiswa mengelola emotional investment mereka secara bijak. Diperlukan kesadaran untuk menetapkan prioritas dan batasan yang jelas. Mahasiswa perlu memahami bahwa meski memiliki passion di luar akademik adalah hal yang wajar dan sehat, namun tanggung jawab utama mereka sebagai pelajar tidak boleh terabaikan. Peran institusi pendidikan juga penting dalam membantu mahasiswa menavigasi tantangan ini. Program bimbingan konseling, workshop manajemen waktu, atau forum diskusi terbuka bisa menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar mengelola keseimbangan antara aktivitas akademik dan non-akademik mereka. Di sisi lain, dosen dan pengajar juga bisa berperan dengan menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih engaging. Ketika proses pembelajaran dirancang secara menarik dan relevan dengan minat mahasiswa, hal ini bisa membantu mengimbangi daya tarik dari aktivitas non-akademik yang mereka tekuni. Pada akhirnya, fenomena emotional investment di luar akademik ini menjadi cerminan dari kompleksitas kehidupan mahasiswa di era digital. Tantangannya bukan untuk menghilangkan keterlibatan dalam aktivitas non-akademik, melainkan bagaimana menciptakan keseimbangan yang sehat antara passion dan tanggung jawab akademik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI