Mohon tunggu...
Dini Marzuqoh
Dini Marzuqoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dini Marzuqoh berdomisili di Kabupaten Tegal, seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki minat di dunia ekonomi, sosial, politik, dan masalah kesehatan mental. Pernah mengikuti organisasi dan magang di berbagai tempat sebagai acuan dalam penulisan berita. Cukup aktif menggunakan media sosial dan menggunak fitur belanaja online. Memiliki cita cita sebagai HR di suatu perusahaan, sesuai dengan Prodi yang tengah di tempuh di bangku perkuliahan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pentingnya Kesehatan Mental Remaja Masa Kini Di Era Digitalisasi Modern

31 Desember 2024   16:54 Diperbarui: 31 Desember 2024   16:54 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan mental ialah kestabilan mental seseorang yang terhubung dengan kejiwaan, emosi dan psikis seseorang. Individu yang mempunyai kesehatan mental yang baik atau terolah emosinya diyakini cenderung bisa mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Seperti mengatasi masalah hidup, beraktivitas secara produktif, aktif dalam masyarakat maupun berorganisasi, memiliki perasaan bahagia cenderung positif terhadap diri sendiri, serta menjalin hubungan yang sehat dengan keluarga dan orang-orang sekitarnya.

Kesehatan mental remaja merupakan topik yang semakin penting dalam masyarakat modern terutama pada era digital yang semakin marak perkembangannya. Remaja sebagai individu yang sedang memasuki era perkembangan fisik, emosional, dan lingkungan sosial yang pesat, seringkali memengaruhi kestabilan emosional mereka. Berbagai tekanan dan tuntuntan yang sering mereka alami didapati dari tekanan sosial, akademis, peran media sosial, serta ketidakpastian masa depan menjadi beberapa faktor yang berpotensi menambah stres dan kecemasan pada remaja.

Disatu sisi banyak remaja yang merasa cemas, terisolasi, atau bahkan depresi akibat tekanan yang mereka alami. Namun pada kenyataannya seringkali masalah-masalah yang mereka hadapi tidak dapat tersampaikan dengan baik, dikarenakan stigma negatif tentang keseahatan mental. Dimana masyarakat masih merasa tabu dengan isu ini.

Remaja yang mengalami gangguan mental, tak ayal merasa terhambat atau kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, tentu hal ini terjadi akibat geala gangguan mental yang mereka alami. Mengutip dari artikel Puskesmas Tangerang yang menyatakan, "Hanya 2,6% dari remaja yang mengalami masalah kesehatan mental menggunakan layanan konselling dalam kurun waktu 12 bulan terakhir". Tentu saja presentase ini masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah sebenarnya remaja yang memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah mental yang sedang mereka alami. Sebagai perbandingan hamper 20% dari total populasi Indonesia yang berusia 10-19 tahun, hal tersebut menjadikan populasi remaja memiliki peran krusial dalam pembangunan bangsa Indonesia, terutama dalam mencapai bonus demografi dan mewujudkan visi Indonesia emas tahum 2045.

Kondisi kesehatan mental yang tidak stabil pada remaja dapat memicu berbagai tindakan implusif, termasuk tindakan-tindakan kriminal, beberapa kasus yang sering terjadi dijumpai dari lingkungan pendidikan berupa bullying, perkelahian, hingga membawa senjata tajam kesekolah. Tentu hal ini dipicu oleh masalah mental yang kerap dialami remaja seperti depresi, kecemasan, haus pengakuan, dan perasaan merasa tertinggal. Terkadang remaja yang merasa dirinya terabaikan kerap mencari validasi dengan merusak fasilitas umum dengan menggambar pada dinding atau fasilitas kota, bahkan sering dijumpai remaja membakar property dijalanan atau tawuran yang sering menjadi cara remaja untuk melampiaskan emosi negatifnya.

Remaja terkadang memiliki perasaan menjadi beban keluarga, tentu hal ini dipicu dari faktor perekonomian yang tidak stabil atau berbanding terbalik dengan gaya hidupnya. Tak jarang remaja dengan masalah keuangan atau merasa tidak berharga mungkin terdorong untuk mencuri. Terkadang untuk melarikan diri dari masalah beberapa remaja terjun ke pergualan bebas dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba. Remaja yang sudah terjerumus dengan hal-hal negatif rentan sekali untuk melakukan bunuh diri. Rasa depresi berlebihan atau merasa dirinya tidak berguna membuat kasus bunuh diri dikalangan remaja semakin meningkat.

Beberapa faktor yang dapat memicu masalah kesehatan mental pada remaja yang berujung pada tindakan criminal diantaranya:

  • Beban belajar yang tinggi dan tuntutan untuk berprestasi dapat memicu stres dan kecemasan yang berlebih
  • Konflik keluarga, perceraian, dan kekerasan dalam rumah memberikan dampak tersendiri bagi kesehatan mental remaja
  • Perundungan yang sering terjadi dilingkungan sekitar remaja.
  • Penggunaan media sosial yang menampilkan berbagai macam konten, membuat kondisi mental remaja rentan terguncang.

Kasus-kasus kejahatan yang melibatkan remaja, seperti yang dilansir pada portal-portal berita Indonesia mengangkat kasus kejahatan seperti yang baru-baru ini terjadi remaja usia 14 tahun berinisial MAS, diduga membunuh ayahnya yang berusia 40 tahun dan neneknya berusia 69 tahun. Untuk motifnya belum diketahui baru dugaan akibat depresi karena tekanan dari rumah. Kasus ini terjadi di perumahan Taman Bona Indah Blok B6, Lebak Bulus Jakarta Selatan. Kasus kejahatan lainnya yang melibatkan remaja terjadi di Palembang remaja berinisial AA berusia 13 tahun, diperkosa dan dibunuh oleh remaja seusianya. Untuk motifnya akibat rasa suka yang tak terbalas. Kasus kejahatan selanjutnya kedua remaja yang menjadi pelaku yakni AR usia 17 tahun dan AF 14 tahun. Keduanya ditangkap akibat membunuh anak kecil sebagai korbannya untuk dijual organ-organnya di pasar gelap. Naasnya kedua nya tidak tahu cara menjual ginjal di pasar gelap kemudaian korban mati dan dibuang begitu saja. Kasus ini terjadi di Makassar untuk motifnya diketahui lantaran kedua pelaku sedang membutuhkan uang.

Dari kasus-kasus kesehatan mental yang rentan dialami oleh remaja, remaja yang merasa dirinya merasa terguncang mentalnya bisa menghubungi faslitas kesehatan terdekat. Dengan berkonsultasi mengenai masalahnya dengan psikolog, jika dibutuhkan penanganan yang lebih serius bisa pergi ke psikiater untuk mendapatkan pertolongan. Diharapkan peran keluarga lebih aware dengan kondisi mental remaja. Dukungan dari orang-orang sekitar juga tidak kalah penting dalam kesehatan mental remaja masa kini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun