Mohon tunggu...
Dini Anggiani
Dini Anggiani Mohon Tunggu... -

Cewek kurus, hitam manis, dengan tinggi standar orang Indonesia yang sekarang terancam ga lagi menjadi kurus, masih tetap hitam manis, dan tinggi yang sepertinya mengalami penyusutan karena adanya pelebaran ^_^. Saat ini, sedang merintis cita-cita lama dan baru (cita-cita itu sifatnya mati satu tumbuh lagi seribu, selalu berdoa semoga dibimbing ke arah yang benar, agar segala cita dan cinta bisa terwujud. Amin).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lagi-lagi, Lagu Cinta Melulu

11 Mei 2011   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:51 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

11 Mei 2011

Lagi-lagi, Lagu Cinta Melulu

Yap, judul tulisan kali ini, sebagian gw ambil dari lagunya Efek Rumah Kaca yaitu “Lagu Cinta Melulu”. Kalo ada yang belum tau lagunya seperti apa, monggo mampir ke youtube dan ketikan judul yang dicari. Kalo ga ada fasilitas internet, monggo mampir ke toko musik terdekat buat numpang ngadem plus nyuri-nyuri denger lagu, dan kalo ga ada toko musik terdekat, silakan mampir ke kosan temen yang punya lagu-lagu ERK. Kalo ga punya temen ?!? (Mungkin lo bisa lari ke utan dan temenan ama macan, hehe).

Well, “Lagu Cinta Melulu”, sinis banget kedengerannya, emang kenapa gitu kalo lagu cinta melulu? Salah gitu kalo si cinta jadi inspirasi buat seniman-seniman yang ada di Indonesia, atau Malaysia, atau Asia, atau dunia? Hmm, menurut gw sih ga salah. Harus diakui bahwa cinta-cintaan merupakan salah satu peletup munculnya sebuah karya seni, seperti lagu, tulisan, lukisan, atau segambreng karya lain yang ga melulu dikategorikan sebagai karya seni (terus dikategorikan sebagai karya apa dong? Entahlah..!). Terus kenapa dong, muncul lagu “Lagu Cinta Melulu” yang seakan me-(gw bingung untuk menentukan kata yang tepat dibelakang me dan di depan kan, takut salah sebut)-kan lagu-lagu bertemakan cinta???.

Sejujurnya, tulisan kali ini bukan mo ngulik lagu ERK yang satu itu, cuma seperti sebuah lagu yang dimulai dengan sebuah intro, gw pun membutuhkan sebuah intro untuk memulai tulisan tak berkategori ini, sebelum pada akhirnya masuk ke inti yang sebenarnya (kalo emang ada intinya ya), dan semua yang gw tulis di atas hanyalah sebuah intro (intro yang kepanjangan tentunya, hehe). Meskipun hanya berfungsi sebagai intro, ijinkan gw melontarkan opini seputar lagu ERK yang satu itu.

Coba hitung, ada berapa banyak lagu bertema cinta yang beredar di pasaran Indonesia? Jawabnya pasti : Ratusan bahkan mungkin lebih. Lagu-lagu cinta yang kebanyakan bernada dasar minor ini lebih laku di pasaran ketimbang lagu-lagu tema kebangsaan seperti “Syukur” atau “Dari Sabang sampai Merauke”, atau Maju tak Gentar”, dan lain-lain. Lagu tema cinta pun juga lebih laris ketimbang lagu-lagu tema sosial lingkungan yang berkaitan dengan kemiskinan, tanah, air, udara, dan kawan-kawannya yang lain. Kalo ditanya kenapa, gw mau menjawab dengan DUA opini. Opini pertama, lagu-lagu cinta emang easy listening, akui saja memang seperti itu kenyataannya, meskipun kadang terlampau cengeng dan hiperbol, memang enak didenger kok lagunya. Opini kedua : Fitrah dalam diri manusia itu salah satunya ya si rasa cinta itu tadi, makanya hal-hal yang berkaitan dengan cinta akan lebih mudah dinikmati (hanya pandangan subjektif ya). Nah, klo dilihat dari sisi si pembuat lagu yang selain bertujuan berkarya di bidang musik tapi juga ingin lagunya laku di pasaran, tema-tema cinta menjadi andalannya (lagi-lagi ini opini dangkal pengamat musik yg ga terlalu tau musik, hehe). Salah? Ga lah, itu mah hak masing-masing orang, yang penting bisa dipertanggungjawabkan. Terus klo dihubungkan dengan lagunya ERK itu apa hubungannya? Opini gw lagi, apa ga bosen dengan lagu yang temanya itu2 (misalnya, tema cinta2 aja)? Apa ga bisa menyuguhkan variasi lain dalam bermusik selain mengandalkan tema cinta? Padahal masih banyak tema2 lain yang bisa diusung dan bisa memberi nilai lebih selain keindahan seni itu sendiri. Gw suka dan setuju sama lagunya ERK ini, tapi bukan berarti gw ga suka lagu cinta (suka ko, cuma pada jam-jam ato waktu2 tertentu aja). Tiap orang punya idealismenya masing-masing, jadi , sok-sok aja dah berkreasi, asal bisa dipertanggung jawabkan. STOPPP…!!!, cukup intronya, kepanjangan dan jadi ga berarturan kayak gini, ck ck.

Well, kenapa tiba-tiba bahas lagu cinta? Apa lo sedang jatuh cinta? Ato sedang patah hati karna cinta? Ato baru nonton film Ada Apa Dengan Cinta? Tentu tidak, bukan karena itu gw tiba-tiba bahas cinta-cintaan di note kali ini. Alasan kenapa gw bahas cinta-cintaan di note kali ini adalah karena tadi pas mo berangkat ke kantor gw disuguhkan lagu cinta oleh pengamen jalan, dimana ada beberapa lirik dalam syair itu yang bikin gw tertawa (ato menangis ya?) dan berpikir sendiri.

Si pengamen kecil menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh Nikita Willy yang gw ga tahu judulnya apa, tapi gw tau lagunya (suka curi2 denger dari radio tetangga, hehe). Di lirik2 awal, belum ada reaksi apa2, otak gw masih mengawang-awang ke kerjaan yang menunggu di kantor, sampai pada akhirnya si dia masuk ke bagian reff. Tanpa disengaja, otak gw mencerna lirik di bagian refrain ini, dan membuat gw ketawa sendiri (dalam hati) dan tiba-tiba mikir, “Sumpah lo?”. Gw lampirkan lirik bagian reff siapa tahu ada yang belum tahu lagunya seperti apa.

Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tahu kau hanya untukku

Biarkan waktuku
Habis oleh penantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti

Entah karena apa, lirik yang gw cetak tebal itu membuat gw tertawa sendiri (entah tertawa, entah menangis sebenarnya, dalam hati) dan membuat gw berpikir, “Benarkah seperti itu efeknya orang jatuh cinta, sampai mau menunggu sampai waktu habis karena menanti seseorang yang digadang2 sebagai cinta?”. Arhggg, gw seperti terseret tulisan gw sendiri. Gw bukan orang yang berpengalaman banyak dalam urusan cinta2an (bahkan bisa dibilang terlampau minim), tapi apakah memang seperti itu efek jatuh cinta? Hhmm, mungkin emang bener kata Agnes Monika, “Cinta ini kadang-kadang tak ada logika”. Kalo dipikir-pikir lagi, buang2 waktu ga sih nungguin orang yang belum tentu akan sadar bahwa “Kita” sebagai orang yang nungguin itu “Ada”?. Tapi, sekali lagi ini bukan hal yang bisa dihubungkan dengan logika semata, ini soal rasa (halahhh….).

Lunch time, dan sudah cukup ber-geje ria dalam tulisan kali ini. Semua itu pilihan, termasuk soal urusan cinta. Pilihan untuk memilih seperti apa, apakah tetap menanti sampe waktu habis (habis=mati, atau habis= jadi kakek/kakek ato nenek/nenek) atau terus berjuang demi cinta (Sumpah..!! ini udah semakin ngaco dan harus segera diakhiri). Selamat makan J.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun