Mohon tunggu...
Dini Afiandri
Dini Afiandri Mohon Tunggu... -

Penyuka berbagai jenis kesenian, mulai dari Musik, Puisi, Lukisan, hingga Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Ketika Sial dan Beruntung Menyatu Seru

7 Oktober 2012   15:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:07 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita ini berawal dari sebuah kesialan. Dan seperti biasa, kesialan bisa berpangkat dua menjadi super sial, tapi tidak ada orang yang sesial aku. Karena akulah Aegis, si Dewa Kesialan. Rival utamaku adalah Phoebe, Dewi Keberuntungan, dan sifat kami memang selalu bertolak belakang. Aku pesimis dan hidupku semiris gelarku. Dia tentu saja optimis karena orang beruntung dapat memiliki banyak hal. Kami, para dewa-dewi lokal yang bolak-balik kahyangan dan bumi hanya sebagai kalangan bawah, tidak ada bedanya dengan manusia biasa. Setelah era dewa Yunani, Romawi, dan Eropa berlalu, kini para dewa-dewi dikutuk untuk menyaru dengan manusia karena dunia ini semakin sempit saja. Ah ya, kesialan yang aku maksud di awal paragraf ini adalah pesta celaka itu.

Sebulan sekali, diadakan konferensi sekaligus makan-makan di aula kahyangan untuk kalangan amatir, profesional berbayar, juga dewa-dewi yang baru terdaftar atau masih dalam tahap pendidikan. Bukan hobiku untuk bersenda gurau, tapi aku sering datang sendiri ke sana. Karena cerita dan kabar burung sudah biasa kami dapati sebagai kenistaan sehari-hari, baik dari mulut ke mulut maupun dari cara-cara rahasia kami, ketahuilah pembaca, bukan hal aneh kalau makin lama makin banyak yang kena kutukan Zooliath. Itu adalah kengerian pribadi bagi setiap pribadi di sini.

Di pesta itu, seperti tradisi saja kami bertanya: “Jadi apa kutukanmu?”

Lalu jawabannya beraneka ragam: “Aku dikutuk tukang salon karena memecahkan jimat hokinya. Zooliathku telinga keledai.” Itu tipe polos sekaligus jujur secara brutal. “Rahasia! Kamu kira dewa sepertiku akan sembarangan bicara? Jangan harap. Tanya orang lain saja!” Itu tipe menghindar dan main aman. Ada juga yang tertawa, baru kemudian matanya membelalak. “Emang kamu ga bisa liat apa aku punya tanduk segede gaban begini?” Kemudian yang tertawa akan digampar. Hal-hal seperti itulah sifat kami.

Pesta tersial dalam hidupku adalah ketika aku bertemu dengan Phoebe. Aku baru lulus dengan predikat terbawah dan masih dalam kecaman Penyihir Grubbly, kepala sekolah Akademi Alfa Centauri. Hukumanku adalah magang 300 tahun cahaya sebagai Dewa Notulen, satu-satunya profesi yang dianggap aman untukku karena aku dianggap suka cari gara-gara. Di pesta itu aku melihat Phoebe, yang memancarkan aura lembuuut sekali, dan tampak menarik dalam balutan baju sederhananya yang berwarna kuning mentega dengan tambahan aksesori hijau emerald. Matanya yang coklat madu itu membuat siapa saja luluh. Dan dengan tololnya aku terpesona.

Mana aku tahu kalau kejadian berikutnya adalah pecahnya Piala milik Odin! Phoebe yang menyenggolnya, dan ketika aku yang ada di sampingnya berusaha menangkapnya, aku malah kepeleset dan jatuh menindih gadis kampret itu! Piala itu menumpahkan puluhan batu rubi, safir, juga berlian yang amat keras, dan aku yang kena sialnya karena kepalaku yang jadi korban. Pelengkapnya adalah piala tembaga itu, yang jatuh menimpa pinggangku dan membuatku kena encok. Setelahnya, kami kena marah (itu sudah pasti!) lalu Altair si pemegang kunci dan penyelenggara pesta itu langsung men-split hukuman itu tanpa peduli air mata buaya Phoebe dan aku yang memohon-mohon ketika diikat.

“Mulai sekarang Karma kalian harus dibayar tidak dengan uang, tetapi pengabdian! Kau, Aegis Satoru, akan mengalami kesialan berlipat sepanjang hidupmu dan kau Phoebe Magnolia, akan mengalami kebalikannya, yaitu keberuntungan yang tidak pandang bulu! Titik!”

Dan dimulailah hari-hari yang seperti neraka bagiku. Aku diutus bekerja di bumi untuk mencatat dan mengatur semua keluhan manusia dalam sisi gelap mereka, dan Phoebe sebaliknya, mengatur agar manusia lain selalu bahagia. AKU BENCI WANITA JALANG ITU!

Sampai detik ini, ketika 650 tahun cahaya sudah lewat dan aku sudah mengalami beribu-ribu jenis kesialan dan menguji coba ilmuku kepada manusia dengan sejuta cara, tak pernah ada satupun usaha dari wanita itu untuk berbaikan denganku, tidak meski dalam bentuk tertulis sekalipun. Kudengar dari kenalanku Vicenna, dewa obat, Phoebe bekerja pada belahan bumi yang lain, dan aku selalu menghindar setiap kesempatan yang ada agar wilayah kami yang berseberangan tidak pernah bersinggungan. Tapi mustahil sebuah kesialan akan terus terjadi, karena Takdir yang dicatat Sang Maha tidak sesederhana itu, dan keadilan sendiri masih ada. Manusia ada yang terlahir untuk terus aku bina dengan Kesialanku, baik cacat fisik, finansial, dan kebobrokan lainnya, tapi ada juga yang lahir dengan garis nasib yang jadi urusan Keberuntungan. Aku benci sekali mengakuinya karena kerja kerasku kadang harus berbalik hingga mencoreng namaku, semua karena campur tangan Phoebe. Pada akhirnya, aku tak paham lagi apa itu kesialan karena semua menjadi wajar seperti kebiasaan.

Di lain pihak, kutukan Zooliath sekarang mulai diidap oleh semua orang, tanpa peduli dia makhluk apa. Semakin banyak dewa yang berseteru, saling kutuk, saling baku hantam, hanya karena masalah sepele. Manusia yang merusak alam, mulai merasakan kutukan ini juga. Dewa Kematian Azrael kebanjiran order karena kutukan Zooliath berubah menjadi virus dan baksil, juga senjata pemusnah massal termodern. Kutukan Zooliath kini bekerja sesuai sifat. Ada manusia yang mendadak punya daging tumbuh serupa belalai. Ada yang mendadak seolah terkena skoliosis di usia 30an, padahal kutukan Zooliath-lah yang mengenai tulang belakangnya. Itu semua menjadi semakin mengerikan, hingga ketika Zooliath bertransformasi dalam fase Radiasi, semua makhluk yang hidup, baik biologis hingga gaib, dijemput sakratul maut dan hidupnya berakhir sia-sia. Para malaikat menjadi hitam semua, seperti tersiram tinta. Para iblis, memenuhi neraka dan semua pintunya hingga banyak di antara mereka yang meloloskan diri dan masuk lagi jadi jiwa-jiwa di realita. Semua hukum kacau.

Aku? Aku melakukan hal yang dilakukan orang kebanyakan: Menghilang, dan mangkir dari tugas sama seperti mahasiswa yang bolos kuliah.

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun