Mohon tunggu...
Dini Afiandri
Dini Afiandri Mohon Tunggu... -

Penyuka berbagai jenis kesenian, mulai dari Musik, Puisi, Lukisan, hingga Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Ketika Sial dan Beruntung Menyatu Seru (Bagian IV- Tamat)

7 Oktober 2012   15:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:07 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PLASSSHH! Sebuah cahaya menyilaukan dan panas yang luar biasa terasa oleh mereka berdua. Kali ini, meski kesilauan, Satoru tidak melepaskan genggamannya. Magnolia juga mempererat pelukannya, tak ingin kehilangan. Ketika cahaya itu mereda, dan mereka berdua membuka mata, mereka melihat ruang kosong yang terang dengan warna putih pualam.

Dosa kalian sudah terampunkan.

Suara itu menggigilkan bulu kuduk saking supernya. Baik Aegis maupun Phoebe, entah kenapa langsung berlutut, meletakkan dahi mereka dengan khidmat di lantai. Detik berikutnya, pada sebuah singgasana raksasa, mereka melihat sebuah penampakan Maha Benar. Mereka berdua bebas mengambil wujud sebagai apa saja, di antara 2 pilihan, kembali ke kahyangan, ataukah hidup fana lagi di planet baru, planet impian. Namun jalan keluar itu disertai satu syarat berat: Salah 1 di antara mereka harus mengalah.

Aegis menoleh pada Phoebe. “Kau saja. Kahyangan tak pernah memuaskan kan?”

Phoebe menggeleng. “Tidak, Aegis, kini giiranku membayar semua rasa bersalahku yang menahun. Aku mengalah sejak awal. Kau yang lebih pantas. Pergilah. Nasibku di tangan-Nya.” Aegis menatap wajah cinta pertamanya. Ada sedikit rasa tak ingin kehilangan, tapi dia juga tidak semerta-merta ingin hidup bersama gadis itu atau sebangsanya. Dia tahu diri dengan dosa Zooliath-nya, maka tangannya menjabat hangat jemari lembut itu. “Sepakat, dewiku.”

Akhirnya, Aegis Satoru melepaskan namanya, tubuhnya, sejarahnya.

Seekor anjing Siberian Husky menangkap Frisbee dengan mulutnya. Majikannya, seorang bocah, tertawa girang bukan buatan. “Mama, lihat! Boris pintar sekali!” Di taman itu, ada banyak sekali pecinta hewan yang membawa peliharaan mereka untuk jalan-jalan di musim semi. Kebun Raya Cibodas sekarang terbuka untuk umum. Pohon-pohon Sakura mekar mengembang dengan berbagai warna, gerimis takkan turun hingga senja. Boris si anjing bisa melihat ada kawan-kawan barunya di sana sini. Di Petting Zoo ada kambing dan ayam serta burung hantu dan kakatua di kandang. Anjing, kelinci, kuda, semua mengenakan harness di tubuh mereka, ada juga yang dipakaikan baju serta syal unik nan lucu. Semua hewan di situ adalah reinkarnasi terakhir para dewa dewi campuran zaman dahulu kala.

Seekor kucing berkalung perak menatap ke bawah dari kerimbunan salah satu pohon. Kucing anggora dengan mata hijau itu melompat ke bawah dan menegakkan buntutnya yang tebal tegak sempurna. Boris menatap mata hijau emerald itu. Kucing itu mengingatkannya kepada seseorang bermata madu dan bergelang hijau, sehijau mata gemerlapnya.

THE END

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun