Mohon tunggu...
Andy Hartono
Andy Hartono Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mana yang Lebih Aman, Pemanis Alami atau Buatan?

28 Desember 2016   17:21 Diperbarui: 29 Desember 2016   08:19 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasa manis adalah salah satu rasa dasar yang dapat dikecap lidah manusia. Rasa manis diperoleh dari gula atau karbohidrat sederhana yang terdapat alami dalam buah-buahan atau sengaja ditambahkan dalam bentuk gula pasir yang biasa ditambahkan untuk memunculkan atau menguatkan rasa manis pada makanan atau minuman. Pemanis alami (gula) dan pemanis buatan sering digunakan untuk produk-produk makanan dalam kemasan. Secara umum, pemanis alami dianggap lebih sehat daripada pemanis buatan. Apakah anggapan tersebut sepenuhnya benar?

Pemanis alami yang paling sering kita temui adalah gula pasir yang dapat diperoleh dengan mudah oleh siapapun. Pemanis alami terdiri atas kalori yang tinggi di dalamnya yang memberikan konsumen asupan energi. Apabila kita mengonsumsi pemanis alami terlalu tinggi per harinya akan meningkatkan berat badan secara drastis jika tidak diimbangi dengan keluaran energi yang seimbang dengan asupan energi yang diperoleh. Risiko lain dari konsumsi pemanis alami yang berlebihan adalah diabetes, obesitas, dan karies gigi. Kementerian Kesehatan RI (Kemkes) menyarankan konsumsi gula per hari yaitu 50 gram (4 sendok makan) gula .

Pemanis buatan adalah bahan sintetis yang dapat memberikan rasa manis seperti gula namun tidak ditemukan di alam seperti pada tanaman atau hewan. Banyak asumsi yang mengatakan pemanis buatan sangat berbahaya bagi tubuh karena dapat memicu kanker dan kerusakan organ tubuh, contohnya hati. Padahal, kelebihan pemanis buatan dibandingkan pemanis alami yaitu pemanis buatan memberikan asupan energi lebih kecil terhadap konsumen atau tidak memberikan energi sama sekali, harga untuk memperoleh pemanis buatan lebih murah dibandingkan pemanis alami, dan intensitas manis yang diberikan lebih besar sehingga sedikit penambahan pemanis buatan sudah mengimbangi tingkat kemanisan pemanis alami dalam jumlah besar. Dalam menjamin keamanannya, pemanis buatan memiliki nilai Acceptable Daily Intake  (ADI) , yaitu batas keamanan asupan harian. Sebagai contoh, berdasarkan Permenkes No.33 Tahun 2012 nilai ADI untuk aspartam adalah 50 mg/kg berat badan.

Pemanis alami dan pemanis buatan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing maka dari itu kita sebagai konsumen dapat menentukan jenis pemanis mana yang paling baik bagi tubuh kita. Apabila anda tidak menginginkan kalori dari pangan yang kita konsumsi maka pemanis buatan adalah pilihan yang bijaksana dan apabila anda tidak mempermasalahkan asupan energi dari pemanis yang dikonsumsi maka pemanis alami dapat menjadi pilihan untuk pangan yang akan anda konsumsi. Sebagai penegasan kembali, kebijaksanaan dalam mengonsumsi pemanis , baik alami maupun buatan yang sesuai dengan batas aman asupan harian / ADI tidak akan berdampak buruk bagi kesehatan. Ingat, ini bukan tentang mana yang lebih sehat antara jenis pemanis yang digunakan, tetapi tentang proprosi setiap pemanis yang dikonsumsi, baik itu pemanis alami, maupun buatan. Seorang filsafat terkenal di abad ke 19 , Ralph Waldo Emerson dengan gaya Transedentalisme-nya pernah berkata” Saya tidak ingat berapa banyak buku yang sudah saya baca daripada berapa banyak makanan yang telah saya konsumsi setiap waktu. Itulah yang membentuk saya sekarang”.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun