Sudah menjadi rutinitas tahunan memang di setiap penghujung tahun harga bahan makanan pokok merangkak naik dari harga normal. Permintaan masyarakat yang tinggi dan ketersediaan barang yang tidak memadai adalah salah satu faktornya.Â
Tapi masyarakat tidak mau tahu soal sabab-musababnya, yang mereka inginkan dapur mereka tetap ngebul dengan bahan makanan pokok yang terjangkau.Â
Sebetulnya banyak cara yang sudah pemerintah lakukan demi mengintervensi harga di pasar. Seperti yang sudah mulai digencarkan belakangan ini yakni Perum Bulog mulai melakukan operasi pasar di berbagai titik untuk menurunkan harga beras.Â
Beras yang mereka gelontorkan dari gudang memang belum sebanyak apa yang diminta oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution sejumlah 15.000 ton per hari, tapi upaya peningkatan terus dilakukan. Hasilnya? Ya lumayan lah harga beras perlahan-lahan sudah mulai turun daripada tidak sama sekali.
Berbeda dengan Perum Bulog, beberapa dinas perdagangan di daerah juga melakukan berbagai cara alternatif lain untuk menjaga stabilitas harga. Seperti yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan dan Industri Kota Bandung pada 28-29 November 2018 yang lalu. Mereka menggelar Bazar Pangan Murah di kantor UPT Balai Industri dan Promosi pada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Kawasan Industri Cigondewah.
Gelaran bazar yang menjual kebutuhan pokok masyarakat dengan harga dibawah Harga Eceran Tertinggi (HET) nampaknya bisa menjadi alternatif yang bagus untuk masyarakat di berbagai daerah. Sebagai contoh beras medium dijual di angka Rp 9.450 per kilogram. Padahal di pasaran harganya sebesar Rp 10 ribu per kilogram.Â
Kemudian telur dijual dengan harga Rp 19 ribu per kilogram. Pasahal di pasaran berada di angka Rp 22 ribu hingga 23 rbu per kilogram. Kemudian beras premium dijual Rp 12.500 per kilogram, gula Rp 12.500 per kilogram, dan minyak kelapa Rp 11.000 per kilogram.
Dengan harga yang begitu murah, antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam acara itu pun tinggi. Terlihat dari banyaknya komoditas yang ludes terjual. Tapi sayangnya dalam bazar ini tidak ada filterisasi masyarakat yang datang berkunjung, jadi siapa pun bisa transaksi. Padahal jika dikhususkan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah saja saya kira akan lebih bijaksana.
Coba bayangkan jika masyarakat yang ekonominya baik justru memborong semua kebutuhan pokok di bazar sehingga masyarakat kecil tidak kebagian. Atau siapa tau ada yang memborong kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi di tempat lain? kan amat disayangkan.
Tapi langkah baik ini dari Disdagin Kota Bandung tetap harus kita dukung. Bahkan mereka punya niatan untuk menyelenggarakan gelaran serupa enam kali lebih banyak untuk tahun depan. Program yang seperti ini lah yang harus ditiru oleh Disdagin dari kota-kota lain.Â
Karena yang paling dekat dengan masyarakat tentu dinas-dinas yang tersebar di daerah, bukan di pusat. Maka penting bagi Kementerian Perdagangan sebagai operator pusat mewadahi dan mengkoordinasi setiap Disdagin agar ajang ini bisa semakin digencarkan.Â