Taman, kata orang pintar, menjadi tempat pelarian sekaligus ajang sosialisasi para warga masyarakat. Pepohonan, serangkaian alat permainan, taman hijau, bangku santai, atau seperangkat alat permainan biasanya teronggok di sebuah taman kota. Kesemuanya untuk membahagiakan masyarakat.
Akan tetapi apa jadinya bila sebuah taman justru dipenuhi dengan kendaraan bermotor alias jadi parkiran mobil atau motor? Waduh di mana lagi anak-anak kecil dapat mencecap keriangan sore, para remaja memuaskan energi fisiknya, ibu-ibu menerocoskan kepenatan psikisnya, orang tua meluaskan pikirannya atau kaum laki-laki menelonjorkan hasrat sosialnya? Mosok di atas kap mobil atau di antara jok motor.
Itulah nasib beberapa taman yang masih terbengkelai di seantero Jakarta Raya maupun kota lain. Ada yang disulap menjadi parkiran kendaraan bermotor, perluasan pasar, atau dipenuhi dengan para pedagang. Bahkan ada pula yang terjejali dengan bajaj...
Lantas siapakah yang mesti mengembalikan fungsi taman kota? Pemerintah Pusat, kagak sempat. Gubernur atau walikota, mungkin terlalu sibuk. Barangkali pihak kelurahan atau kecamatan atau sepasukan Polisi Pamong Praja?
Akan tetapi, menunggu aksi penguasa sepertinya bagaikan pungguk merindui bulan. Sudah semestinya partisipasi masyarakat dapat mempercepatnya. Apatah perlu dibentuk semacam Gerakan Kembalikan Taman Kami sebagaimana yang sudah dipelopori untuk memfungsikan jalur pejalan kaki?
Maju terus pertamanan nasional...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI