Mohon tunggu...
Dina Sajida
Dina Sajida Mohon Tunggu... Jurnalis - Legacy

Bermimpi Menerbitkan Buku dan dipajang pada Rak Depan Toko Buku Gramedia, karena berguna.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menjadi Perempuan Itu Tidak Mudah, Tapi Anugerah

19 Mei 2021   15:36 Diperbarui: 19 Mei 2021   15:41 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Budaya patriaki terhadap wanita memang terjadi di belahan Negara manapun. Di Amerika Serikat, menurut data yang peneliti kutip dari Deddy Mulyana dalam bukunya komunikasi politik, politik komunikasi menyebutkan, tidak sedemokratis dan seegaliter yang dikenal. Median gaji mingguan wanita di AS hanya 80,85 dari median gaji mingguan pria (tahun 2006).

Dalam ranah politik juga memiliki kesamaan. Hillary Clinton dan Barrack Obama yang saat itu akan bertarung pada pemilihan umum Amerika Serikat pada 2008, menilai kegagalan Hillary akibat dari turunnya elektabilitas dari suaminya Bill Clinton. Namun, ada beberapa poin yang luput dari pengamatan adalah di Amerika wilayah tingkat tinggi politik merupakan wilayah dari laki-laki. Metafor-metafor yang sering digunakan oleh pers di Amerika dalam peliputan kampanye kepresidenan syarat dengan maskulinitas. Selama beberapa dekade terakhir pers Amerika melukiskan persaingan memperebutkan jabatan Presiden AS sebagai war, battle, fight, struggle, game, race, contest, wrestling, or boxing. Istilah-istilah yang khas dengan kaum lelaki. Menjadi wanita itu tidak mudah. Tidak hanya dalam hal politik, bahkan kita sempat mendengar bagaimana Tokoh Najwa Sihab memeprtanyakan ulang, pertanyaan terkait dengan, wanita harus berkarir atau hanya dirumah mengurusi keluarga ?  Seolah, ketika menjadi perempuan hanya tentang pilihan.

Ranah politik juga tidak berbeda, dimana politisi perempuan hanya dilihat sebagai pemanis, lahirnya politisi perempuan biasanya buah dari keluarga yang memiliki darah politik, tidak tampak yang memang meperjuangkan karir politik tanpa dorongan keluarga yang memiliki darah sama.

Namun, di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, terlahir satu perempuan yang memiliki pandangan sama dengan penulis, meski tidak mudah namun itu merupakan anugrah, menjadi perempuan. Bisa menjadi kekuatan untuk perempuan lain, dan menjadi ibu dari anak kandung sendiri hingga anak-anak lain.  

Ade Hartati, Anggota DPRD Riau periode 2019 - 2024, sempat menyebut ketika menjadi politisi, yang harus dijaga adalah keseimbangan, agar salah satu kapal tidak tenggelam, tentu ini merupakan makna kiasan. Kapal yang dimaksud Ade adalah keluarga intinya, dan keluarga setanah air yang kesejahteraanya sedang dia perjuangkan. Mengawali karir sebagai salah satu Dosen di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Riau, Ade seolah tersesat dijalan yang benar saat memilih untuk fokus berkarir dalam politik.

Uniknya, Ade membangun basis pemilihnya, menjadikan daerah konstituennya, empat tahun sebelum waktu pemilihan, bukan karena sokongan nama besar pendahulunya, menjadi kader Partai Amanat Nasional dari Nol, hingga muncul sebagai wanita paling kritis, untuk bumi lancang kuning.

Ade Hartati mematahkan bahwa wanita hanya sebagai pemanis kursi yang panas. Ade Hartati menghilangkan imej bahwa politisi wanita harus anggun dan elegan, ia hadir dengan kritikan pedas di garis terdepan. Masyarakat sempat terkejut, ketika Ade Hartati mampu memaparkan anggaran ratusan miliyar yang dialokasikan untuk membantu masyarakat terdampak Covid 19 di Riau, yang realisasinya tidak jelas, padahal hampir setahun masa pandemi dirasakan. Ade Hartati muncul membuktikan, menjadi peremmpuan memang tidak mudah, namun ketika perempuan bersuara, nyaring bunyinya. Anugrah yang dirasakan oleh kaum perempuan adalah, ketika kaum ini muncul dengan kekuatan penuh, bisa jadi semua orang akan mendengar gemuruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun