Apa kalian pernah mendengar kata "pick me person"? Istilah ini berkaitan dengan sebutan "pick me girl" ataupun "pick me boy". Penggunaan istilah tersebut sedang marak digunakan pada media sosial seperti Twitter dan TikTok.Â
Istilah "pick me person" ini merujuk pada kalimat yang dilontarkan oleh seseorang, seperti "apa cuma aku yang gak bisa make up?", "kayaknya gue doang cewek yang gak suka nonton drakor", ataupun "gue lebih suka pake sepatu sneakers daripada high heels kaya cewek lain". Kalimat tersebut dianggap sebagai bentuk menyombongkan sikap dan merendahkan orang lain. Hal itu membuat orang-orang geram lalu menyebutnya dengan "pick me girl".
Lalu mengapa disebut "pick me girl"?Â
Mengacu pada Urban Dictionary, "pick me girl" merupakan istilah yang merujuk pada perempuan yang berusaha untuk diterima oleh laki-laki dengan menunjukkan bahwa mereka berbeda dari perempuan lain. Hal ini kerat kaitannya dengan sifat perempuan yang biasanya tidak disukai laki-laki, misalnya saat laki-laki lebih suka perempuan yang natural, maka pick me person ini akan menegaskan bahwa dirinya tidak suka berdandan.Â
Istilah "pick me" tidak hanya ditujukan untuk perempuan, namun bisa juga untuk laki-laki. Istilah tersebut disebut dengan "pick me boy". Hal ini menunjukkan bahwa fenomena ini bisa dialami oleh siapa pun, tidak terbatas pada gender.
Dilansir dari Satu Persen, menurut Amy Rosenbluth, seorang lulusan Ilmu Politik dan Pembangunan Internasional dari McGill University, fenomena pick me girl bisa terjadi karena adanya faktor internalized misogyny yang merupakan keinginan untuk menjauhkan diri dari stereotip wanita tradisional yang dianggap buruk dan negatif.Â
Misalnya sifat cengeng, manja, dan selalu berusaha untuk mempercantik diri yang biasanya melekat pada perempuan. Hal inilah yang menyebabkan perempuan menjauhkan diri dari sifat feminin agar terlihat lebih superior.
Dilansir dari Parapuan, menurut Noam Shpancer Ph.D, seorang psikolog, mengatakan bahwa patriaki berkaitan dengan persaingan antarperempuan. Saat perempuan mulai mempertimbangkan untuk dihargai laki-laki sebagai sumber kekuatan, nilai, pencapaian, dan identitas utama, mereka dipaksa bersaing dengan perempuan lain.Â
Hal itu berkaitan dengan studi literatur yang ditulis oleh Tracy Vaillancourt, profesor University of Ottawa, yang menemukan bahwa perempuan pada umumnya mengekspresikan agresi tidak langsung terhadap perempuan lain. Agresi ini dianggap sebagai bentuk promosi diri untuk membuat mereka agar terlihat lebih menarik dengan cara menghina dan menjatuhkan saingan mereka.
Dilansir dari Metanoiac, fenomena ini bukan pertama kali terjadi. Pada tahun 2019 ada juga fenomena serupa, yaitu "I'm not like other girls". Penggunaan kata ini ditujukan untuk merendahkan, mempermalukan, dan menjauhi sesama perempuan karena mereka menganggap bahwa gender mereka lebih lemah.Â
Kata-kata yang dilontarkan pun tidak jauh berbeda dengan pick me person, seperti "gue gak suka main sama cewek, soalnya mereka drama banget, enakan temenan sama cowok" ataupun "aku tuh gak suka pake banyak skincare yang ribet gitu, face wash aja udah cukup". Perkataan tersebut membuat mereka merasa lebih superior dibanding perempuan lain.