Perkembangan teknologi pada era Smart Society 5.0 merubah aktivitas pada setiap langkah kehidupan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Tenaga pendidik dituntut memiliki kemampuan belajar yang kreatif dan inovatif dalam melakukan pembelajaran.Â
Seiring perkembangan teknologi, telah dihasilkan banyak hal yang dapat menunjang proses pembelajaran. Variasi model pembelajaran yang menyesuaikan teknologi ini memberikan perubahan signifikan dalam kegiatan pembelajaran.Â
Namun, pada kenyataannya, sistem pendidikan dan kurikulum nasional pada saat ini belum cukup tertata. Seharusnya, untuk negara yang multikultural, sekolah baiknya mengimplementasikan culturally relevant pedagogy.Â
Pedagogi ini tidak hanya membuat siswa aware dengan budaya dan identitasnya, tapi juga punya perspektif atau mindset  yang kritis akan ketidakadilan sosial dalam pendidikan.Â
Masalah utama pendidikan di Indonesia terutama terletak pada kualitas guru yang sebagian besar belum memiliki skill dalam menghadapi kemajuan teknologi bersamaan dengan pendidikan. Sedangkan, dalam era Smart Society 5.0, pendidik dituntut memiliki keterampilan creative thinking, critical thinking, problem solving, communucation, collaboration, dan juga computational thinking.Â
Jika dikaji kembali, pendidik yang tidak kompeten merupakan efek dari gaji yang terlalu kecil, sementara beban kerja begitu berat sehingga rentan terkena stress kerja yang dapat menurunkan etos kerja.Â
Dapat dilihat dalam berbagai kasus, masih banyak guru yang menerapkan cara pembelajaran lama dengan kondisi era pendidikan yang sudah masuk Smart Society 5.0. Logisnya, cara ini dapat menimbulkan efek baru yang lebih besar. Laris manisnya bimbel juga dapat menjadi salah satu aspek bukti jelas seberapa buruknya kualitas pendidikan, dan tidak sejahteranya pendidik.
Ed Tech, atau yang dapat disapa bimbel online dampak kemajuan teknologi disinyalir menambah masalah baru dalam dunia pendidikan, terutama memberikan disparitas antara kota besar-kecil, keluarga berpenghasilan besar-kecil, dan lainnya.Â
Pemerolehan bimbingan belajar berbayar online oleh para perusahaan start-up seperti Ruang Belajar, Zenius, dan sebagainya membuat tidak meratanya perolehan pendidikan yang baik pada siswa. Hal ini dapat kembali berdampak pada peningkatan kelahiran generasi baru yang tidak kompeten bahkan tidak dapat bersaing pada dunia perindustrian yang ada pada zaman sekarang, sehingga negara Indonesia tidak dapat menyaingi kualitas sumber daya manusia yang ada.Â
Penulis: Dinda Trinur Indah Sari, Rizky Setiowati, Delia Puspita Sari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H