Sepasang mata yang paling nelangsa itu tahu, bahwa puisi memang selalu tentang rasa. Tak pernah ada yang direkayasa. Ia adalah apa yang terasa lalu dituang ke dalam kata-kata. Ia adalah apa yang ada di dalam peti paling rahasia si pemiliknya.
Kau sepasang mata itu, yang tak pernah terukir dalam sajak indahnya. Tak pernah muncul dalam setiap narasinya.
Kau sepasang mata yang paling nelangsa, kepadamu ia kisahkan tentang seseorang yang menunggu di dermaga. Atau jejak sepasang kekasih di atas pasir laut semenanjung sebelah sana. Wangi pantai, juga suara merdu ombak yang hingga kini tak lekang dalam ingatannya.
Kau sepasang mata yang selalu saja nelangsa, kembalilah pada bait pertama dalam sajak ini. Sibak awan mendung itu, rawat kembali lentik bulu matamu. Karena kau adalah sepasang mata yang berhak menemukan seutuhnya puisi tentang sepasang mata dan sepasang mata lain dalam hangat pelukan senja.
Selepas Adzan Isya
2018
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI