Oleh : Dinda Ratna Cempaka 1811304079, Istiklali Nur Agustin 1811304005
Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI) di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, serta memiliki dampak yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.  GAKI dapat berdampak pada semua kalangan usia, baik pada janin, bayi, anak, remaja, dewasa sekalipun. Sidang United Nations General Assembly (UNGASS) telah menyepakati pembaharuan komitmen World Summit for Children tahun 1990 yaitu pencapaian eliminasi gangguan akibat kekurangan iodium dan Universal Salt Iodization (USI) atau garam beriodium untuk semua berupa konsumsi garam beriodium 90% secara berkesinambungan pada tahun 2005. Garam beriodium merupakan garam yang sudah difortifikasi atau ditambahkan mineral iodium. Iodium ini berfungsi untuk membantu tubuh memproduksi hormon tiroid, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur proses metabolisme tubuh dan berbagai fungsi organ di dalam tubuh (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2005).Â
Konsumsi garam beriodium merupakan bagian dari komponen program pencapaian konsumsi garam beriodium untuk semua untuk mempercepat penurunan prevalensi GAKI. Garam konsumsi telah diakui sebagai solusi biaya yang paling efektif dan layak untuk mencegah dan mengontrol GAKI. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005, garam adalah bahan yang ideal untuk iodisasi karena semua manusia memerlukan garam dan terjangkau untuk hampir setiap orang. Jumlah garam yang masuk dalam tubuh sangat kecil, namun membuat suatu jenis makanan menjadi penting. Garam merupakan bumbu penting dalam masakan sehingga hampir seluruh responden menggunakan garam beriodium di rumah. Bentuk garam yang biasa digunakan di tingkat rumah tangga adalah garam halus. 68,82% garam yang ada di Indonesia merupakan garam halus. Garam halus memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan garam briket dan garam curai/krosok.
Berdasarkan penelitian Soengkawati dkk tahun 2001, berkurangnya kadar iodium disebabkan adanya iodium yang hilang akibat lamanya garam tersebut beredar di pasaran dan proses pemanasan garam beriodium saat pengolahan (proses pemanasan pada saat memasak). Proses pemanasan akan mengurangi kestabilan KIO3 dalam garam dimana pada proses pemanasan KIO3 akan menjadi KI. Semakin lama waktu penyimpanannya maka akan semakin kecil konsentrasi yang terdapat dalam garam beriodium.
Adapun pencegahannya agar terhindar dari faktor-faktor tersebut ialah dengan menghindari paparan langsung sinar matahari, garam disimpan rapat dengan wadah yang tertutup di suhu ruang yang jauh dari sinar matahari, tidak menyimpan garam terlalu lama misalnya berbulan-bulan, serta hindari memakai garam dengan suhu yang sangat panas ketika memasak karena dapat menurunkan konsentrasi dan kadar iodium dari KIO3 serta kandungan penting lainnya yang terkandung didalamnya.
Uji garam beriodium ini dapat dilakukan dengan metode sederhana dengan menggunakan alat dan bahan meliputi sendok makan, tempat wadah sampel, garam, air, sari pati singkong dan cuka mendapatkan hasil (dari dokumentasi pribadi) sebagai berikut:Â
Hasil uji kandungan iodium pada 2 jenis garam yaitu garam kasar dan garam halus dengan menggunakan test kit iodium menunjukan bahwa setelah diteteskan 3-5 tetes larutan test kit iodium maka garam halus menunjukan perubahan warna menjadi ungu sedangkan garam dapur/kasar tidak menunjukkan perubahan warna atau tetap berwarna putih. Dengan demikian hal ini menandakan bahwa garam A adalah jenis/merek garam yang mengandung iodium sedangkan jenis garam kasar tidak mengandung iodium (Rehena dkk, 2020).
Pada dasarnya, penyimpanan iodium yang terlalu lama akan semakin kecil konsentrasi yang terdapat dalam garam beriodium sehingga berkurangnya konsentrasi mineral disebabkan karena garam beriodium tidak tahan oleh suhu yang terlalu panas, udara terbuka, dan garam sangat mudah menguap serta mudah terkontaminasi jika terpapar sinar matahari. Namun dapat dihindari dengan cara menghindari paparan langsung sinar matahari, garam disimpan rapat dengan wadah yang tertutup di suhu ruang yang jauh dari sinar matahari, tidak menyimpan garam terlalu lama misalnya berbulan-bulan, serta menghindari memakai garam dengan suhu yang sangat panas ketika memasak karena dapat menurunkan konsentrasi dan kadar iodium dari KIO3 serta kandungan penting lainnya yang terkandung didalamnya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas garam beriodium yaitu memperhatikan cara penyimpanan garam dan cara penggunaan garam.