Mohon tunggu...
dinda rahma
dinda rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mhasiswa semester 6

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sosial Media: Ajang Hujatan Publik terhadap Artis

11 Juni 2024   20:12 Diperbarui: 11 Juni 2024   20:41 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital ini, sosial media telah menjadi platform utama untuk berkomunikasi, berbagi informasi, dan mengekspresikan diri. Namun, di balik manfaatnya, sosial media juga menjadi ajang hujatan publik, terutama terhadap para artis. Fenomena ini menunjukkan sisi gelap dari interaksi virtual yang kerap kali tak terkendali dan tak terkontrol.

Salah satu contoh nyata dari kasus ini adalah hujatan yang dialami oleh artis Indonesia, Nia Ramadhani. Nia Ramadhani sering kali menjadi sasaran kritik dan cibiran di sosial media karena gaya hidupnya yang dianggap mewah dan kurang peka terhadap kondisi sosial. Pada tahun 2021, setelah ditangkap karena kasus narkoba, hujatan terhadap Nia Ramadhani semakin intens. Banyak netizen yang menghakimi dan menghujat tanpa melihat sisi manusiawi dan kompleksitas masalah yang dihadapinya.

Contoh lainnya adalah penyanyi dangdut, Lesti Kejora, yang sering menjadi korban bullying di sosial media. Pada tahun 2022, saat Lesti menikah dengan Rizky Billar, ia kerap mendapatkan komentar negatif dan tuduhan miring dari netizen. Banyak yang menuduh pernikahannya hanya untuk sensasi dan popularitas, tanpa mempertimbangkan perasaan dan kehidupan pribadi mereka.

Fenomena hujatan terhadap artis di sosial media menunjukkan adanya masalah sosial yang lebih dalam. Pertama, kurangnya empati dan rasa hormat di kalangan pengguna sosial media. Kemudahan akses dan anonimitas membuat orang merasa bebas untuk menghujat tanpa konsekuensi. Kedua, adanya kebutuhan untuk mencari kambing hitam atau pelampiasan atas ketidakpuasan pribadi atau sosial. Artis yang menjadi figur publik sering kali menjadi target mudah karena kehidupannya yang selalu terekspos.

Mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan yang komprehensif. Pendidikan tentang etika berinternet dan literasi digital sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Platform sosial media juga perlu mengambil langkah lebih tegas dalam mengendalikan konten yang mengandung ujaran kebencian dan menghujat. Selain itu, kita perlu mendorong budaya yang lebih menghargai privasi dan kemanusiaan dalam setiap interaksi, baik di dunia nyata maupun maya.

Dalam kesimpulannya, sosial media seharusnya menjadi ruang untuk berbagi dan saling mendukung, bukan tempat untuk menghujat dan menjatuhkan. Setiap individu, termasuk artis, berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan bermartabat. Mari kita gunakan sosial media dengan bijak dan penuh tanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun