Mohon tunggu...
dinda rahma
dinda rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mhasiswa semester 6

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Self Reward Vs Hedonisme: Kapan Penghargaan Diri Menjadi Berlebihan?

10 Juni 2024   20:34 Diperbarui: 10 Juni 2024   21:01 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era modern ini, konsep self reward telah menjadi bagian penting dari budaya kita, terutama di kalangan generasi muda. Gagasan untuk memberikan penghargaan kepada diri sendiri setelah mencapai sesuatu atau menyelesaikan tugas tertentu memang bisa menjadi alat motivasi yang efektif. Namun, ada garis tipis antara self reward yang sehat dan hedonisme yang berlebihan. Kapan sebenarnya penghargaan diri ini menjadi berlebihan?

Self reward yang sehat bertujuan untuk memberikan motivasi dan keseimbangan dalam kehidupan. Misalnya, merayakan pencapaian kecil dengan cara yang sederhana seperti menikmati secangkir kopi favorit, beristirahat sejenak, atau menghabiskan waktu dengan hobi. Ini adalah bentuk penghargaan yang tidak hanya membantu mengurangi stres tetapi juga meningkatkan semangat untuk mencapai tujuan berikutnya.

Namun, masalah muncul ketika self reward ini berubah menjadi alasan untuk melakukan sesuatu yang berlebihan dan konsumtif. Pembelian barang-barang mewah, makan di restoran mahal, atau melakukan aktivitas mahal secara terus-menerus sebagai bentuk penghargaan dapat menjadi tanda hedonisme terselubung. Hedonisme, yang berfokus pada pencarian kenikmatan dan kepuasan diri tanpa batas, dapat menyebabkan gaya hidup konsumtif yang merugikan.

Salah satu indikator bahwa self reward telah menjadi berlebihan adalah ketika penghargaan tersebut tidak lagi berdasarkan pencapaian yang signifikan. Jika seseorang terus-menerus mencari alasan untuk memanjakan diri tanpa alasan yang jelas, ini bisa menjadi tanda peringatan. Selain itu, ketika penghargaan diri mulai mengganggu kesehatan finansial dan mengakibatkan utang atau pengeluaran yang tidak terkendali, ini adalah tanda jelas bahwa self reward telah berubah menjadi hedonisme.

Dampak negatif lainnya adalah pada kesehatan mental dan emosional. Pengejaran kenikmatan sesaat sering kali mengabaikan pentingnya pengelolaan stres, pengembangan diri, dan pencapaian tujuan jangka panjang. Akibatnya, seseorang mungkin merasa tidak pernah puas dan terus mencari kenikmatan lebih, yang dapat berujung pada perasaan hampa atau ketidakpuasan hidup.

Untuk mencegah self reward berubah menjadi hedonisme, penting untuk memiliki kontrol diri dan menetapkan batasan yang jelas. Pertimbangkan bentuk penghargaan yang tidak hanya memberikan kenikmatan sesaat tetapi juga memiliki nilai jangka panjang. Misalnya, investasi dalam pengembangan diri, belajar keterampilan baru, atau menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat.

Pada akhirnya, self reward seharusnya menjadi alat motivasi yang positif dan membantu mencapai keseimbangan hidup. Dengan pemahaman yang benar dan penerapan yang bijak, penghargaan diri bisa menjadi bagian penting dari kesejahteraan tanpa terjebak dalam lingkaran konsumtivisme yang merugikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun