Di era digital saat ini, kehadiran kecerdasan buatan (AI) telah memberikan dampak yang signifikan bagi mahasiswa. Di satu sisi, kemudahan akses informasi dan alat pembelajaran yang disediakan oleh AI telah memperluas pengetahuan mereka. Mahasiswa dapat dengan cepat mengakses materi pembelajaran, mencari jawaban, dan bahkan mencari ide. Namun, di balik kemudahan ini, ada risiko bahwa mahasiswa menjadi kurang kritis dan terlalu mengandalkan AI.
Pertama-tama, kehadiran AI dapat mengurangi tekanan pada mahasiswa dalam hal penyelesaian tugas-tugas kuliah mereka, memungkinkan mereka untuk fokus pada pemahaman konsep-konsep yang lebih mendalam. Misalnya, sistem AI dapat membantu dalam penulisan esai atau menganalisis data, dan juga memberi jawaban.
Namun, ada dampak negatif yang signifikan. Ketergantungan berlebihan pada AI membuat mahasiswa kesulitan memecahkan masalah kompleks secara mandiri, sehingga kemampuan berpikir kreatif dan kritis mereka berkurang. Mahasiswa cenderung mencari jawaban instan daripada melalui proses berpikir mendalam.Â
Hal ini menghambat pengembangan keterampilan penting dan dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa harus bijak dalam menggunakan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti, agar mahasiswa tetap dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis dan kreatif.
Selain itu, ada bahaya bahwa mahasiswa bisa jadi terlalu mengandalkan AI sebagai "otak tambahan", mengabaikan upaya mereka untuk berpikir mandiri atau mencari jawaban tanpa bergantung pada teknologi. Ini dapat menyebabkan kurangnya kreativitas dan inovasi dalam pendekatan mereka terhadap masalah.
Jadi sebagai seorang mahasiswa harus menyikapi kasus ini dengan menggunakan AI sebagai Alat bantu, maksudnya adalah mahasiswa harus menggunakan AI sebagai alat bantu, tetapi tidak mengabaikan upaya berpikir mandiri dan mencari solusi tanpa bergantung pada teknologi.
Yang kedua walaupun sudah ada AI untuk mempermudah, mahasiswa tetap harus meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan cara berdiskusi, mencari referensi, dan memberikan feedback. Dengan demikian, mahasiswa harus seimbang menggunakan AI sebagai alat bantu, tetapi tidak mengabaikan upaya berpikir mandiri dan mencari solusi tanpa bergantung pada teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H