Tidak ada yang bisa melepaskan kain songket dari kebudayaan nusantara. kain yang memiliki berbagai motif indah ini sudah lama ada dan berkembang menyebar ke hampir seluruh wilayah Indonesia. Bahkan, ketenaran kain songket tidak hanya di Indonesia, negara lain seperti, Malaysia, dan Thailand juga mengenal budaya kain songket.
Kain songket merupakan seni budaya yang berasal dari daratan Cina dan telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-13. Istilah "songket" berasal dari lakuran kata dalam bahasa Melayu Palembang, yaitu "songsong" dan "teket" yang artinya "songsong" dan "sulam" Istilah ini berkaitan dengan metode pembuatan tenunan songket, yaitu dengan mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.Kain tradisional atau wastra traditional Indonesia telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat nusantara sejak zaman prasejarah yang tak hanya menjadi seperangkat sandang dengan nilai fungsional. Kehadirannya telah terbukti menjadi perangkat sosial budaya yang menjadi bagian dari sejarah, penyandang perekonomian masyarakat, pengikat kekerabatan antar suku dan menjadi kebanggaan negeri mewarnai keragaman budaya Indonesia secara utuh.Â
Penggunaan benang tambahan emas atau perak ini yang berasal dari Cina atau India, pada saat Islam masuk ke Indonesia mempengaruhi ragam hias corak tenun songket di masyarakat pesisir, di mana wilayah tersebut merupakan sebaran masyarakat suku melayu.
Oleh karena itu tenun songket yang tersebar dengan berbagai corak ragam hias itu sekaligus merupakan artefak budaya di mana pengaruh Islam dapat dilihat dan dipelajari sebarannya. Di Sumatera Timur, songket memiliki makna sebagai kain tradisi melayu yang diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya oleh para pemangku adat Kesultanan-kesultanan Sumatera Timur (Kesultanan Negeri Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Negeri Serdang, Kesultanan Negeri Asahan, dan Kesultanan Kualuh) dengan ciri khas daerah setempat. Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.Â
Dengan memahami pentingnya dan tingginya arti kain tradisional bagi kebudayaan bangsa yang sangat kaya ragam dan hampir kita jumpai di semua propinsi di tanah air, untuk itulah bersama perkumpulan Cita Tenun Indonesia, sejak tahun 2008, pihaknya berupaya melestarikan kain tradisional, khususnya kain tenun, melalui berbagai program. Mulai dari pemberdayaan perajin, pengembangan ketrampilan perajin, pemasaran dan promosi atas produk yang dihasilkan, hingga pengetahuan terkini, agar kain tenun tradisional dapat terus hadir menjadi bagian dari industri tanah air yang dapat diunggulkan.Â
Semoga kain-kain tenun tradisional ini tidak hanya menjadi komoditas ekonomi sebagai bagian dari industri tekstil, mode dan interior terkini, tapi turut menjaga kelestarian sejarah budaya melalui nilai yang terkandung di dalamnya yang sekaligus menjadi identitas suku bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H