2. Jangan harap anak akan puas dengan satu pertanyaan, ia akan menanyakan hal lain. Seperti misalnya, "Mengapa aku punya penis seperti ini dan punya ibu berbeda."Â
Jangan kaget dengan pertanyaan mereka, ini bisa jadi kesempatan kita mengenalkan tentang konsep jenis kelamin kepada mereka. Bisa dijelaskan kalau ibu wanita atau perempuan maka ibu tidak punya penis tapi vagina. Sekali lagi gunakan bahasa sederhana yang bisa mereka mengerti.
3. Kadang anak-anak menjadi sangat, sangat ingin tahu. Ketika saat itu aku tidak bisa menjawab pertanyaannya maka aku akan memberikan jawaban, "Wah, apa ya? Gimana kalau nanti kita cari bersama?" Lalu aku mengalihkan perhatian si kecil dengan permainan lain atau sekedar mengajak jalan keluar.
4.Open discussion ini salah satu yang paling sering aku lakukan pada anak saat menikmati waktu santai di weekend. Biasanya kami duduk di ruang keluarga sambil bersantai dan mengobrol.Â
Aku dan suami terkadang mengajak si bocah 3 tahun ini berbincang seputar keseharian dan mengajarkan sedikit demi sedikit tentang bagian tubuhnya. kami sebagai orang tua sering sekali mengulang bagian apa yang boleh dan tidak boleh disentuh orang lain.Â
Siapa saja yang boleh menyentuh bagian tubuhnya dan apa yang harus ia lakukan jika ada orang yang ingin menyentuh tubuh utamanya bagian pribadinya. Ini semacam mantra bagi kami untuk membuatnya saadr akan batasan dirinya dan orang lain yang ditemuinya.
Sekali lagi jangan anggap tabu apa itu pendidikan seks pada anak usia dini, karena itu bisa menyelamatkan dia dan masa depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H