Apa yang kalian pikirkan ketika seorang wanita mampu bertahan dalam keterpurukan cinta? Jarang sekali mungkin. But it's true. Banyak yang bilang aku wanita murahan pengemis cinta yang tak laku karena terus menerus berharap pada seseorang yang pada kenyataannya TIDAK pernah mengindahkan perasaanku. Seakan aku yang selalu bersalah dihadapannya, tapi aku dan ketidakmampuanku untuk move dan melupakannya seakan lumpuh ketika melihatnya. Perasaan ku seakan luluh kembali ketika melihat senyumannya. Inilah alasannya aku bertahan. Dia dan kespesialnya selalu membuat aku berdecak kagum dan pasrah jatuh cinta.
Apakah salah berharap pada keyakinan kita? aku rasa itu oke-oke saja selama ada batasannya. Dia selalu berhasil membuat aku tertawa ketika sekaligus dia buat aku menangis. kata-kata darinya yang selalu membuatku bertekuk lutut seklipun hatiku telah di bagi-bagi olehnya. aku legowo, asal dia bahagia meskipun aku harus tersakiti. Emmm, memang terlalu dini di usiaku saat ini untuk mengenal cinta sebegini dalamnya. Tapi aku beruntug diizinkan mencintainya, bahkan menjadi kekasihnya walaupun terus menerus tersakiti. Jika harus memilih melupakannya atau mengenangnya? aku lebih memilih mengenangnya, karena perih ini adalah bukti bahwa dia nyata, dia ada, dan aku masih menunggunya berubah. Berubah menjadi sosok yang lebih memahamiku dan berharap suatu saat nanti aku masih diizinkan Tuhan, bersamanya.. walaupun sesaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H