Remaja adalah fase yang sangat penting dalam kehidupan, di mana individu mulai mencari identitas diri dan memahami peran mereka di dunia. Dalam pengalaman saya sebagai seorang perempuan yang berada di usia remaja, saya menyadari bahwa meskipun kapasitas dan kemampuan kognitif antara laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama, cara perkembangan dan tahapannya seringkali berbeda. Masa remaja bukan hanya tentang perubahan fisik tetapi juga melibatkan pertumbuhan kognitif, emosional dan sosial yang saling berkaitan. Ketika merenungkan perjalanan dalam tahap ini bahwa tantangan emosional sering kali mempengaruhi kemampuan kognitif dan sosial yang menciptakan dinamika kompleks dalam upaya untuk menemukan siapa diri ini sebenarnya.
Saya ingat saat-saat sulit ketika mulai merasakan tekanan untuk memenuhi harapan orang lain, baik dari teman sebaya maupun keluarga. Ketika berusaha untuk menyesuaikan diri dengan standar yang ada, diri merasa kehilangan arah dan identitas. Dalam situasi ini, aspek emosional saya tidak terpenuhi. Datang kecemasan dan tidak percaya diri yang mengganggu kemampuan kognitif untuk berpikir jernih dan mengambil keputusan yang baik. Misalnya, saat di sekolah mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam pelajaran karena pikiran teralihkan oleh rasa tidak aman dan ketakutan untuk tidak diterima. Kognisi menjadi terhambat oleh emosi yang belum terkelola dengan baik, sehingga merasa terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk diputuskan.
Dari pengalaman tersebut, saya mulai menyadari pentingnya dukungan sosial dalam menghadapi tantangan emosional ini. Meskipun merasa terasing, saya menemukan bahwa berbicara dengan teman-teman dekat tentang perasaan saya membantu melepaskan sebagian beban yang dirasakan. Dalam interaksi sosial ini, saya belajar untuk berbagi pengalaman dan mendengarkan cerita orang lain, yang memperkaya pandangan dan memberi pemahaman bahwa diri tidak sendirian dalam perjalanan ini. Melalui hubungan sosial ini, dapat mulai membangun rasa empati dan koneksi dengan orang lain yang pada gilirannya membantu untuk lebih memahami diri sendiri. Dengan dukungan dari teman-teman dapat merasa lebih kuat dan mampu mengatasi kesulitan emosional yang saya hadapi.
Akhirnya, perjalanan dalam mencari jati diri ini membawa saya pada kesadaran bahwa perkembangan kognitif, emosional dan sosial saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Setiap aspek berkontribusi pada bagaimana saya memahami diri sendiri dan bagaimana saya berinteraksi dengan dunia. Saya belajar bahwa meskipun tantangan emosional dapat mengganggu kemampuan kognitif, dukungan sosial yang kuat dapat membantu mengatasi rintangan tersebut. Dalam proses ini, mulai mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan lebih lanjut, baik di bidang akademis maupun dalam hubungan sosial. Pengalaman ini mengajarkan bahwa meskipun jalan menuju pemahaman diri mungkin penuh liku, dengan dukungan yang tepat dan kesadaran diri, saya dapat tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan lebih kuat siap untuk menghadapi tantangan kehidupan yang akan datang.
Masa remaja, masa periode kritis di mana kita tidak hanya belajar tentang diri kita sendiri, tetapi juga bagaimana kita berinteraksi dan membangun hubungan dengan orang lain. Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki perjalanan mengejutkan, sulit ditebak dan unik dalam mencari identitas diri. Maka dari itu, dibutuhkan dukungan emosional dan sosial, sehingga kita semua dapat mencapai potensi penuh kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H