Mohon tunggu...
DINDA NOVIANTI
DINDA NOVIANTI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Pelajar

Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter di Indonesia: Antara Teori dan Praktik

22 Desember 2024   12:05 Diperbarui: 22 Desember 2024   12:02 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan di Indonesia (Sumber: Kompasiana.com)

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter individu, terutama dalam membangun masyarakat yang bermoral, cerdas, dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, disebutkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah mengembangkan potensi manusia Indonesia agar menjadi pribadi yang sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan peserta didik yang tidak hanya terdidik secara akademis (educated), tetapi juga memiliki peradaban (civilized) yang tinggi. Melalui pendidikan, diharapkan lahir individu-individu yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai sosial dan budaya luhur.

Pendidikan karakter telah menjadi topik yang semakin relevan dalam dunia pendidikan modern. Hal ini dikarenakan banyaknya kasus kemerosotan karakter. Maka dari itu, pendidikan karakter menjadi fokus utama pemerintah sehingga, menjadi salah satu kebijakan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Sayangnya, meskipun kebijakan ini telah diutamakan dalam kurikulum nasional, hasil nyata di lapangan masih jauh dari harapan. Pendidikan karakter lebih sering diwujudkan dalam bentuk materi teoritis atau slogan moral yang diajarkan secara monoton di kelas. Akibatnya, upaya menanamkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan toleransi menjadi kehilangan esensi karena tidak diikuti dengan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Pendidikan di Indonesia tidak hanya menghadapi masalah implementasi pendidikan karakter yang cenderung bersifat teoritis, tetapi juga kurangnya resonansi terhadap kepribadian peserta didik. Sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada pencapaian akademik membuat pembentukan karakter sering kali terpinggirkan. Akibatnya, dunia pendidikan gagal memberikan keseimbangan antara pengembangan intelektual dan pembinaan nilai-nilai moral peserta didik.

Pendidikan karakter yang seharusnya menjadi inti dari pembentukan generasi bermoral, tidak mampu bersaing dengan tekanan untuk meningkatkan skor akademik. Guru, yang sering kali dibebani dengan target kurikulum yang ketat, lebih banyak fokus pada menyelesaikan materi pelajaran daripada memberikan ruang untuk pengembangan karakter peserta didik. Pendidikan seharusnya menjadi sarana untuk membantu peserta didik menemukan jati diri dan mengasah nilai-nilai yang relevan dengan kehidupan. Ketika pendidikan hanya dilihat sebagai sarana untuk mencapai skor tinggi, maka pembentukan manusia yang berkarakter baik dan berdaya saing global menjadi terabaikan. Padahal, pintar saja tidak cukup jika tidak disertai dengan sikap moral dan etika yang baik.

Negeri ini tidak hanya membutuhkan orang pintar secara akademis saja, tetapi lebih dari itu, membutuhkan individu yang pintar, beretika, bermoral, dan berakhlak mulia. Fenomena yang kita saksikan saat ini adalah kasus korupsi yang terus terjadi. Kasus tersebut menunjukkan bahwa kepintaran semata tidak cukup jika tidak disertai dengan moralitas.

Fakta bahwa banyak koruptor yang ditangkap oleh Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi seperti sarjana, doktor, bahkan guru besar, menjadi refleksi nyata bahwa kepintaran tanpa moralitas hanya akan menjadi ancaman bangsa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan karakter sebagai fondasi utama dalam pembentukan individu.

Pendidikan karakter tidak hanya soal mengajarkan teori tentang nilai-nilai moral saja, tetapi juga soal menanamkan kebiasaan baik. Misalnya, dalam praktik pendidikan sehari-hari, peserta didik perlu dilatih untuk memahami pentingnya kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan toleransi. Tidak hanya melalui ceramah, tetapi juga melalui pengalaman langsung. Pendidikan karakter harus diintegrasikan secara substansial ke dalam kurikulum, menjadikannya inti dari setiap mata pelajaran, bukan sekadar pelengkap. Nilai-nilai moral dapat diajarkan melalui pendekatan yang relevan, seperti pembelajaran berbasis proyek atau simulasi yang kontekstual.

Dalam hal ini guru memegang peran penting, sehingga diperlukan pelatihan guru untuk mengembangkan metode pengajaran karakter yang efektif. Selain itu, budaya sekolah yang mendukung pembentukan karakter juga harus dibangun, misalnya dengan menciptakan kebiasaan diskusi moral atau kegiatan sosial yang melibatkan peserta didik secara aktif. Kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat menjadi kunci penting. Orang tua perlu dilibatkan melalui pelatihan dan forum diskusi untuk memperkuat peran mereka dalam pendidikan karakter anak. Lingkungan masyarakat juga harus memberikan teladan positif yang mendukung nilai-nilai moral peserta didik. Selain itu, nilai-nilai agama dan kearifan lokal seperti gotong royong dan toleransi perlu diperkuat dalam pendidikan. Dengan langkah-langkah ini, pendidikan karakter di Indonesia dapat menjadi lebih dari sekadar teori, melainkan memberntuk generasi pintar dan bermoral.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun