Tapi dengan menjadi diri sendiri saya bisa menemukan definisi teman yang sesungguhnya. Yang menerima saya apa adanya dan menerima segala kurang dan lebih saya, yang selalu mendukung setiap keputusan dan hal-hal yang ingin saya lakukan dan saya capai, yang ikut bahagia ketika kebahagiaan menghampiri diri saya, yang ikut sedih ketika saya bercerita tentang kegagalan saya, yang selalu siap sedia membantu dan memotivasi saya ketika saya berada di titik terindah dalam hidup saya. Sungguh memiliki teman yang seperti ini adalah kebahagiaan yang hakiki.
Bukan teman yang hanya ingin bersama kita karena kita terlihat keren dan kaya, karena barang-barang branded yang kita pakai, aksesoris mahal yang kita kenakan, atau bahkan hanya karena kamera yang kita punya dan foto-foto keren di instagram kita serta followers yang lumayan banyak di media sosial kita.
Kebanyakan dari kita terlalu takut untuk dihina. Kita lupa hampir semua tokoh dunia selalu menghadapi hinaan pada zamanya. Bahkan Presiden Indonesia Bapak Joko Widodo pernah di hina kampungan karena kesederhanaan nya. Â Bahkan Putranya yang bernama Kaesang Pangarep memilih menjual jajan berbahan dasar pisang ia tidak malu.Â
Ia berusaha menunjukan kepada dunia bahwa ia bisa menjadi diri sendiri tanpa embel-embel dari Bapak nya. Padahal jika kita ingat lagi ia adalah putra orang nomor satu di indonesia, lantas mengapa kita yang hanya rakyat jelata saja tidak bisa berusaha menjadi diri sendiri??? bahkan sibuk berpenampilan semenarik mungkin dan bergaya bak anak pejabat kota.Â
Jangan takut menjadi jujur dan menjadi diri sendiri, hanya karena takut tidak di terima oleh lingkungan sekitar kita dan tidak ada yang setuju dengan pendapat kita. Bukan berarti pendapat kita salah, tapi kita berusaha menjadi jujur dan menjadi diri sendiri.Â
Tidak perlu menyeragamkan diri dengan kebanyakan orang, bukankah kita diciptakan dengan bergai macam variasi???. Tidak perlu repot-repot menyamakan diri dengan orang lain, karena kita diciptakan menjadi unik. Bukankah barang yang unik lebih diminati dari pada barang yang pasaran???. Lebih baik dibenci karena lidah berkata jujur, dari pada disukai karena lidah menjilat.Â
Banyak sekali teman-teman saya yang ketika baru mengenal saya, saya di cap sebagai seseorang yang sombong bahkan di cap sebagai seseorang yang hedonis. Tapi ketika sudah jalan beberapa hari mereka berkata "eh ternyata elu crewet juga ya asyik juga, eh ternyata elu gak malu ya makan di warung makan pinggir jalan, eh ternayata konyol juga ya, eh ternyata bisa do ajak susah juga ya, eh ternyata doyan jajanan pasar ya kirain nggak doyan. Bla bla bla". dan seketika kalimat sombong tersebut berubah menjadi kata asyik.
"tidak perlu takut. Tunjukan saja warna-warnimu yang sesungguhnya. Bahkan lukisan terbaik sedunia pun mempunyai pembenci dan pengkritik" @fiersabesari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H