Mohon tunggu...
Dinda Miralda Septia
Dinda Miralda Septia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Writing about films, communication, travel, and occasionally exploring social issues. —always curious, always learning.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Melihat Dunia Lewat Lensa Multiverse di Film "Everything Everywhere All at Once"

6 Februari 2025   14:38 Diperbarui: 7 Februari 2025   07:42 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film Everything Everywhere All at Once bukan hanya sebuah karya seni sinematik yang penuh dengan aksi dan humor, tetapi juga sebuah perjalanan emosional yang mendalam dan penuh filosofi. Disutradarai oleh Daniel Kwan dan Daniel Scheinert, film ini mengusung konsep multiverse dengan cara yang sangat unik dan mengundang penonton untuk berpikir lebih dalam tentang kehidupan, pilihan, dan arti sejati dari hubungan manusia. Di balik kegilaan visualnya, terdapat cerita yang penuh makna tentang keluarga, cinta, dan penerimaan diri.

Berkisah tentang Evelyn Wang (diperankan oleh Michelle Yeoh), seorang perempuan Tionghoa-Amerika yang merasa hidupnya terjebak dalam rutinitas. Dia memiliki sebuah bisnis laundry yang sedang berada di ambang kebangkrutan, hubungan yang rumit dengan suaminya, Waymond (Ke Huy Quan), dan hubungan yang tegang dengan anak perempuannya, Joy (Stephanie Hsu). Dalam kesibukan hidup yang penuh tekanan tersebut, Evelyn tiba-tiba terseret ke dalam dunia multiverse, sebuah konsep yang menyatakan bahwa ada banyak alam semesta paralel yang saling berhubungan, masing-masing dengan versi yang berbeda dari diri kita. Tugas Evelyn: untuk melawan ancaman yang dapat menghancurkan seluruh multiverse dan menemukan cara untuk menyelamatkan dunia.

Namun, yang membuat film ini lebih dari sekadar cerita penyelamatan dunia adalah bagaimana film ini mengeksplorasi tema-tema lebih dalam tentang identitas, pilihan hidup, dan hubungan keluarga. Dalam setiap dunia paralel yang Evelyn jelajahi, dia menemukan berbagai versi dirinya yang berbeda- ada yang sukses, ada yang gagal, ada yang penuh kekuasaan, dan ada yang hidup dalam penderitaan. Setiap versi itu adalah gambaran dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam hidupnya, dari setiap keputusan yang pernah diambilnya, dan setiap jalan yang tidak pernah dia pilih. Ini adalah metafora yang sangat kuat tentang bagaimana kita, sebagai manusia, terperangkap dalam pilihan-pilihan yang kita buat dan bagaimana setiap pilihan tersebut, meski tampak kecil, bisa membentuk hidup kita menjadi sangat berbeda.

Pada level yang lebih personal, film ini juga sangat memperhatikan hubungan antara Evelyn dan Joy, yang menjadi inti dari cerita. Di tengah semua kekacauan multiverse, hubungan ibu dan anak ini adalah yang paling signifikan dan paling menggerakkan. Joy, yang merasa terasingkan oleh ibunya yang tidak memahami dirinya, menjadi tokoh yang mewakili perasaan kehilangan dan pencarian identitas. Evelyn, di sisi lain, harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dia tidak bisa mengendalikan hidup anaknya, dan terkadang, keinginan untuk mengubah masa lalu atau memilih jalan yang berbeda bisa menjadi penghalang untuk menerima kenyataan yang ada.

Melalui cerita multiverse yang penuh absurditas dan humor, Everything Everywhere All at Once mengajarkan kita tentang pentingnya menerima hidup apa adanya, dengan segala kekurangannya. Film ini menggambarkan bahwa meskipun ada banyak versi dari diri kita di alam semesta paralel, kita tetap harus menghargai diri kita yang sekarang dengan segala keterbatasannya, kegagalannya, dan kekurangannya. Pada akhirnya, kita menemukan bahwa kebahagiaan dan kedamaian datang bukan dari mencari dunia yang lebih baik atau lebih sempurna, tetapi dari menerima dan mencintai diri kita sendiri, serta orang-orang yang kita cintai.

Multiverse di Everything Everywhere All at Once bukan hanya sekadar latar belakang cerita, tetapi sebuah alat untuk menggali lebih dalam mengenai eksistensi kita. Film ini mengajak kita untuk berpikir tentang semua kemungkinan yang ada dalam hidup kita, namun pada akhirnya, ia menekankan bahwa makna sejati dalam hidup kita adalah cinta, penerimaan, dan kebersamaan.

Penuh dengan keajaiban visual, aksi yang menghibur, serta perenungan filosofis yang menyentuh hati, Everything Everywhere All at Once bukan hanya film yang menghibur, tetapi juga film yang mengajak penontonnya untuk berpikir lebih dalam tentang hidup, pilihan, dan arti dari segala sesuatu yang kita hadapi dalam perjalanan ini.

Film ini menunjukkan kepada kita bahwa meskipun dunia bisa sangat kacau dan penuh dengan ketidakpastian, selalu ada ruang untuk cinta, pemahaman, dan penerimaan. Multiverse mungkin tampak penuh dengan potensi tak terbatas, namun yang paling berharga adalah bagaimana kita menghargai dan merawat hubungan yang kita miliki di dunia nyata. Di akhirnya, film ini membuktikan bahwa terkadang yang paling penting adalah mencari kedamaian dalam kekacauan, dan menemukan kebahagiaan dalam ketidaksempurnaan hidup.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun