Kuliah sambil bekerja menjadi pilihan bagi banyak mahasiswa di Indonesia. Namun, meskipun terdengar seperti solusi praktis untuk memperoleh pengalaman dan penghasilan, kenyataannya hal ini bisa menjadi sebuah tantangan besar yang mempengaruhi kesejahteraan fisik dan mental. Dengan tuntutan akademik yang tinggi dan tekanan di dunia kerja, mahasiswa yang mencoba menyeimbangkan kedua hal ini sering kali terjebak dalam rutinitas yang melelahkan. Ini adalah kondisi yang semakin menjadi perhatian, karena pekerjaan akademik dan profesional bisa sangat membebani jika dilakukan bersamaan.
Tantangan yang Dihadapi Mahasiswa
Menjalani kuliah sambil bekerja bukanlah hal yang mudah. Meskipun mungkin ada keuntungan finansial dan pengalaman kerja, tantangannya sangat nyata. Banyak mahasiswa merasa tertekan karena tidak hanya harus memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga menghadapi ekspektasi di tempat kerja. Stres menjadi hal yang tidak terhindarkan, karena mahasiswa harus berjuang untuk memenuhi deadline tugas kuliah yang sering kali bertabrakan dengan jam kerja. Mereka dipaksa untuk mengorbankan waktu istirahat dan mengurangi aktivitas sosial demi menyelesaikan pekerjaan di kedua bidang tersebut.
Selain itu, masih banyak mahasiswa yang tidak memiliki akses yang memadai untuk pendanaan pendidikan, sehingga mereka terpaksa bekerja paruh waktu. Ini adalah ironi yang sangat jelas. Pendidikan, yang seharusnya menjadi kesempatan untuk berkembang secara intelektual dan profesional, justru menjadi beban bagi mereka yang terpaksa bekerja untuk membayar biaya kuliah dan memenuhi kebutuhan hidup. Bagi sebagian besar mahasiswa, hidup yang seharusnya menjadi masa untuk belajar dan berkembang malah menjadi waktu penuh tekanan.
Peran Pemerintah dan Lembaga Pendidikan
Fenomena kuliah sambil bekerja juga membawa kita pada pembahasan mengenai peran pemerintah dalam meringankan beban mahasiswa. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus lebih peka terhadap kondisi mahasiswa yang bekerja keras untuk bisa bertahan hidup sambil mengejar pendidikan mereka. Pemerintah bisa mengambil langkah-langkah untuk menciptakan sistem pendanaan pendidikan yang lebih adil, seperti beasiswa atau program bantuan yang lebih mudah diakses oleh mahasiswa dengan latar belakang ekonomi yang beragam.
Selain itu, penyediaan fasilitas yang mendukung mahasiswa dalam hal pengaturan waktu kuliah juga sangat penting. Banyak kampus di Indonesia yang sudah memiliki program kuliah malam atau kuliah daring yang dapat membantu mahasiswa yang bekerja. Namun, hal ini masih perlu diperluas dan ditingkatkan agar lebih banyak mahasiswa yang bisa memanfaatkan fleksibilitas waktu kuliah tanpa harus merasa tertekan.
Tantangan terbesar, tentu saja, adalah bagaimana menyelaraskan dunia pendidikan dengan dunia kerja. Harus ada dialog yang lebih intens antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan dunia industri untuk menciptakan peluang yang dapat membantu mahasiswa bekerja tanpa mengorbankan pendidikan mereka. Sebagai contoh, program magang yang memberikan kredit akademik atau bekerja dengan sistem yang lebih fleksibel dapat menjadi solusi yang sangat membantu.
Ironi Dalam Kuliah Sambil Kerja
Apa yang sering kali terabaikan adalah ironi yang timbul dari fenomena ini. Kuliah, yang seharusnya menjadi waktu bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan mengejar pengetahuan, justru menjadi beban yang harus dibiayai dengan bekerja. Di sisi lain, banyak perusahaan dan lembaga pendidikan memanfaatkan tenaga mahasiswa untuk bekerja di bawah tekanan yang tinggi, sering kali dengan upah yang tidak sebanding dengan tuntutan pekerjaan. Mahasiswa bekerja bukan hanya untuk mendapatkan pengalaman, tetapi untuk bertahan hidup. Ini adalah ironi sosial yang mencerminkan ketidakadilan dalam sistem pendidikan dan pasar kerja.
Kuliah sambil bekerja seharusnya tidak menjadi pilihan yang dipaksakan, tetapi harus diatur sedemikian rupa agar mahasiswa bisa menjalani keduanya dengan seimbang. Untuk itu, perlu adanya perubahan dalam cara pandang kita terhadap pendidikan dan pekerjaan. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus lebih mendukung mahasiswa dengan menyediakan berbagai fasilitas dan bantuan yang memadai. Selain itu, dunia industri juga harus lebih bijaksana dalam menyediakan kesempatan kerja yang fleksibel bagi mahasiswa tanpa mengorbankan waktu dan energi mereka untuk belajar. Untuk itu, pendidikan seharusnya bukan menjadi sesuatu yang memisahkan antara mereka yang mampu dan yang tidak mampu, tetapi menjadi sesuatu yang dapat mengangkat semua orang, tanpa terkecuali. Pemerintah perlu mengutamakan keadilan sosial dalam penyediaan fasilitas pendidikan, sehingga setiap individu di Indonesia, tanpa melihat status ekonomi atau sosialnya, dapat memiliki kesempatan untuk berkembang melalui pendidikan yang berkualitas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H