Eksploitasi dan marginalisasi peran perempuan dalam segala lini sosial seolah menjadi hal yang tak terbantahkan. Misalnya saja ketika kita mendengar kata 'Direktur", maka yang terbayangkan adalah sosok laki-laki atau ketika kita mendengar kata 'Sekretaris', maka yang terbayang adalah sosok perempuan yang cantik, seksi, dan penuh daya tarik, begitupun dengan 'pilot dan pramugari' atau 'dokter dengan perawat'.
Pergulatan wacana mengenai kesetaraan gender senantiasa hangat untuk dibicarakan, tak terkecuali dalam dunia olahraga karena hingga saat ini olahraga senantiasa berkaitan erat dengan tradisi maskulin.Â
Memang sudah sejak lama olahraga dianggap hanya milik para kaum laki-laki saja karena olahraga adalah aktivitas berat dengan dominasi fisik yang begitu besar, maka dianggap tidak cocok dengan kaum perempuan.
Hal inilah yang menyebabkan partisipasi perempuan dalam dunia olahraga masih sangat rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga terjadilah ketimpangan dan ketidakmerataan kesempatan. Perempuan hanya dijadikan sebagai faktor pendukung yang keberadaannya bukanlah prioritas. Misalnya kebanyakan perempuan hanya dijadikan sebagai umbrella girls di otomotif sport atau pemandu sorak dalam beberapa olahraga.
Permasalahan yang cukup serius ini manjadi alasan salah satu organisasi terbesar perempuan di Indonesia, Fatayat NU menggelar Festival Pekan Olahraga Perempuan (POP) bertajuk 'Perempuan Sehat Indonesia Hebat'. Kegiatan ini tentu bertujuan erat dengan pengembangan dan pemberdayaan perempuan di bidang olahraga.
Melalui kegiatan ini, Fatayat NU ingin meningkatkan awareness perempuan yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan, komunitas-komunitas perempuan dan masyarakat secara umum melalui pengembangan minat, bakat, dan kegemaran di bidang olahraga. Selain itu, Fatayat NU juga ingin menemukan potensi dan bibit-bibit baru perempuan untuk bisa berkiprah di cabang-cabang olahraga.
Festival Pekan Olahraga Perempuan (POP) ini resmi dibuka pada Sabtu, 5 Mei 2018 di GOR Sahabat Semarang. Acara pembukaan ini dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi beserta pimpinan organisasi perempuan dan 1000 hadirin lainnya. Selain itu, sebanyak 16 kontingen yang siap bertanding dalam kegiatan ini turut memeriahkan acara pembukaan.
Menurut Ketua UMUM PP Fatayat NU Anggia Ermarini kegiatan POP ini adalah yang pertama kali digelar di Indonesia dengan peserta murni dari masyarakat biasa, bukan dari kalangan atlet profesional. Semua pesertanya adalah pengurus aktif dari organisasi perempuan.
"Tujuan kita adalah membudayakan olahraga, menjadikan olahraga sebagai life style bukan untuk mencetak atlet profesional," jelasnya.
Gelaran POP di Semarang dan D.I. Yogyakarta adalah region pertama yang kemudian akan disusul bulan Juli 2018 di Jabodetabek, Banten, dan Jabar serta Agustus 2018 di Jawa Timur. Terakhir adalah grand final nasional pada Oktober 2018 di Jakarta.
Ada tiga cabang olahraga yang dipertandingkan, yakni bulu tangkis, bola voli, dan gobak sodor. Nah, yang paling menarik adalah cabang olahraga gobak sodor, selain menjadi ajang pemersatu, kegiatan ini juga sebagai ajang melestarikan olahraga tradisional.