Mohon tunggu...
Dinda Kholisya
Dinda Kholisya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta. Memiliki ketertarikan dalam hal menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Pandang Bulu, Semua Kasus Pelecehan Seksual Harus Mendapatkan Perhatian yang Sama

21 November 2023   14:18 Diperbarui: 21 November 2023   14:51 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kasus pelecehan seksual menyebar luas di semua ranah kehidupan manusia, baik dari segi usia, jenis kelamin, serta di kehidupan nyata maupun melalui media sosial. Pelecehan seksual dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu pelecehan seksual secara verbal dan non-verbal. Yang termasuk ke dalam pelecehan verbal adalah penggunaan kata-kata yang dilakukan oleh pelaku yang membuat tidak nyaman sang korban. Sedangkan pelecehan non-verbal adalah kasus pelecehan yang menggunakan bahasa tubuh, bahkan hingga kontak fisik.

Pelaku atau pun korban dari pelecehan seksual tidak terbatas pada gender. Kasus pelecehan seksual dapat menimpa perempuan maupun laki-laki. Ya, kasus pelecehan seksual juga dapat menimpa laki-laki dan hal tersebut nyata adanya, baik secara verbal maupun non-verbal. Dampak yang harus dirasakan dan dialami oleh korban pelecehan seksual, baik perempuan maupun laki-laki adalah sama beratnya. 

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyatakan bahwa selama tahun 2023 ini, terdapat 2.888 laporan kasus pelecehan seksual yang menimpa laki-laki. Angka tersebut mencakup korban dengan segala jenis usia yang dimulai dari balita hingga lansia, tingkat pendidikan, dan berbagai jenis pekerjaan. Namun sayang, narasi mengenai laki-laki sebagai korban pelecehan seksual cenderung tidak mendapatkan perhatian yang tinggi sebagaimana jika korbannya adalah perempuan. Publik sering kali melupakan hal tersebut dan menganggap identik dengan narasi bahwa suatu kasus dapat tergolong ke dalam kasus pelecehan seksual jika "korbannya adalah perempuan dan pelakunya adalah laki-laki". 

Ketika ada kasus pelecehan seksual yang menimpa laki-laki, sering kali respon publik malah menyalahkan sang korban atau menganggapnya sebagai bahan candaan dan cenderung kurang mendapat perhatian. Mungkin karena selama ini publik menganggap laki-laki sebagai makhluk yang kuat dan maskulin, sehingga jika ada laki-laki sebagai penyintas pelecehan sesksual akan dianggap lemah dan dipertanyakan maskulinitasnya.  

Tingginya kasus pelecehan seksual yang menimpa perempuan juga menciptakan perasaan tidak aman bagi perempuan lainnya. Terlebih lagi sang korban harus menerima dampak yang berat. Kepercayaan diri yang menurun, mengurung diri atau menarik diri dari pergaulan, bahkan hingga menganggap dirinya sendiri "kotor". Padahal apa yang terjadi bukan kesalahannya sebagai penyintas. Kasus pelecehan seksual bukan hanya terjadi pada korban dengan pakaian terbuka, melainkan juga terdapat kasus yang menimpa perempuan dengan pakaian tertutup. Kasus pelecehan seksual bukan hanya terjadi di tempat-tempat tertentu saja, melainkan bisa di mana saja, sekali pun di tempat ibadah. Sehingga satu-satunya pihak yang bersalah dalam kasus pelecehan seksual adalah sang pelaku.

Sudah seharusnya publik menganggap kasus pelecehan seksual sebagai hal yang serius tanpa melihat siapa pelakunya, korbannya, dan bagaimana bentuknya. Baik perempuan maupun laki-laki yang menjadi korbannya mereka sama-sama mengalami hal yang berat dan juga merasakan dampak yang begitu traumatis. Oleh karena itu, siapa pun pelakunya harus mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun