Menjadi bagian dari kaum hawa didunia ini merupakan suatu kehormatan tersendiri yang diberikan allah swt kepada kita. Sebagai seorang yang ditakdirkan untuk menjadi teladan pertama bagi calon penerus peradaban adalah suatu hal yang sangat diperhitungkan dalam pencetakan karakter suatu bangsa. Mengapa? Hal ini karna peran produktif seorang perempuan untuk mengukuhkan nilai nilai serta norma yang harus berlaku dikehidupan keluarganya. Akan tetapi banyak sekali wanita wanita disekitar kita yang masih belum sadar akan pentingnya peran mereka dalam proses integrasi peradaban bangsa kita.
Perlu ada kajian dalam analisis gender dan seks, genderized identy, stereotipe dan ideal yang sering kita sebut seks dalam ilmu biologis. Konsep gender yang kita kaji disini tetap pada ranah peran sosial. Genderized identy, perasaan subjektif tentang keberadaan dirinya, hal ini adalah bagian penting dari konsep diri seseorang. Banyak sekali anggapan bahwa lingkup bahasan gender justru tak layak, namun salah satu asumsi yang mendasari diterimanya hubungan gender sebagai sesuatu yang wajar adalah asumsi tentang perbedaan anatomis[1] yang mencampur baurkan perbedaan seksual secara biologis dengan hubungan gender.
Dalam hubungan gender karakteristik, kemampuan wanita dan laki laki dijadikan asimetris sehingga melalui peran gender terbentuklah dua kepribadian dengan ciri khas feminin dan maskulin. Masing masing hanya memiliki satu gender tidak pernah memiliki keduanya.
Derajat feminimitas dan maskulinitas adalah kombinasi dari karakteristik biologis, sikap dan perilaku dapat dicerminkan pada skala gender. Bila seorang berada pada salah satu ekstrem skala diatas maka ia dikategorikan sangat feminim atau sangat maskulin. Perbedaan psikologis maskulin dan feminim sangat mempengaruhi pengambilan putusan. Kenyataan ini sebenarnya menunjukkan bahwa keadaan jasmani kita mempengaruhi keadaan sehari hari. Meski biologis sering kali disalah imprestasikan, namun sifat asli dan jasmani tetaplah jadi perhitungan.[2]
Menjadi seorang wanita mewajibkan diri kita untuk menjadi cerdas dalam memilah dan mengatasi problematika yang ada disekitar kita. Selayaknya seorang wanita menjadi figur revolusi yang menitik beratkan peran gender dikehidupan berbangsa juga bernegara. Tidak sedikit figur wanita zaman kuno yang berkecimpung dalam perkembangan otonomi , Seharusnya nilai nilai tersebut kita substansikan pada kehidupan masa kini, bukan malah semakin meredup dan akhirnya menghilang ditelan zaman. Perlu kita ingat allah swt melalui firmannya telah mewahyukan betapa pentingnya peran seorang wanita dalam dunia, bukan hanya dengan cara didapur, dan didalam rumah, akan tetapi semua itu dapat kita tunjang dengan nilai akhlak juga intelektual demi terwujudnya keluarga harmonis juga wanita yang bisa dibanggakan oleh keluarga.
Banyak sekali perdebatan yang terjadi ketika kita membicarakan tentang kesetaraan gender, hal ini karena tak semua lapisan dapat menerima pendapat tersebut. Hal ini dikarenakan acuan yang mereka gunakan hanya berpacu pada satu hal saja. Padahal ketika diri berada dizaman yang semua hal bisa terjadi kita harus membuka lebar lebar pemikiran kita. Tak berhenti hanya menjadi sosok yang kurang memahami betapa berharganya potensi dalam dirinya.
Peran kartini tua mungkin memang telah usai, namun bangsa menuntut lahirnya sosok kartini kartini muda yang akan membawa perubahan. Jika kartini tua saja bisa menularkan ilmunya untuk mendirikan sekolah kartini, lalu peran kita hanyalah menikmati dan bersungguh dalam meneruskan harapan tersebut. Junjung kehormatan sebagai seorang yang benar benar terhormat, bukan sebaliknya.
Seorang wanita tak boleh puas hanya dengan sandang kecantikan yang dimilikinya, wanita yang seperti ini selayaknya tak mau diperlakukan sedemikian rupa. Karena kecantikanya mendapat tempat yang lebih tinggi dari dirinya sendiri, ketika kecantikannya hilang maka respon yang diterimanyapun akan memudar. Akan tetapi ketika seorang wanita mengandalkan kemampuan spiritual dan potensi yang ada didalamnya, maka respon yang didapatnya akan sesuai bahkan lebih dari yang dia fikirkan. Hal ini adalah dasar mengapa filsafat mengatakan bahwa iner beauty lebih penting dari sekedar kecantikan rupa.
Mengenali diri adalah hal yang sangat penting bagi pembentukan karakter femisnisme yang intelektual. Karena mengenali diri akan melahirkan rasa ingin tahu yang besar dan rasa percaya diri yang kuat. Hal tersebut akan mengacu semangat mereka untuk meningkatkan integritas kaum wanita. Keberanian serta rasa peduli yang diterapkan oleh sosok kartini merupakan contoh analisa diri akan perwujudan pentingnya pendidikan kaum mudi intelektual.
Masalah utama yang kita dapati diera ini ialah sikap seorang mudi yang apatis terhadap masa depan dirinya sendiri. Berbeda halnya dengan sosok Kartini yang berani melampaui dan melewati batas dirinya. Konteks zamannya ialah melawan budaya feodalisme keluarga dan patriarki, dengan bersekolah dan memberikan pendidikan bagi kaum wanita. Melawan budaya pembedaan derajat antara laki laki dan wanita pada zamannya.
Hal hal seperti itu sudah sangat mudah dilakukan pada zaman kita, tugas seorang kartini muda seharusnya lebih jauh, menempa pendidikan setinggi dan sejauh mungkin, sejauh keinginan naluri tanpa dihadang oleh siapapun dan kapanpun.