Sidang Umum PBB ke-47 tanggal 22 Desember 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, menetapkan bahwa setiap tanggal 22 Maret diperingati sebagai Hari Air Sedunia (World Day for Water). Perayaan ini ditujukan sebagai usaha-usaha untuk menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih.
Sebagai sumber kehidupan, air merupakan elemen kunci yang harus dijaga kualitas dan ketersediannya. Kesadaran akan pentingnya menjaga kualitas air ini tentu saja juga menjadi kewajiban bagi masyarakat Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT PAM Lyonnaise Jaya, kebutuhan air bersih untuk seluruh Jakarta pada 2015 mencapai 26.100 liter/detik. Sementara itu kersediaan air sekitar 17 ribu liter/detik. Sehingga masih defisit sekitar 9.000 liter/detik. Tentu saja kondisi seperti ini sangat kontras sekali. Mengingat diantara beberpa kota yang ada di Indonesia, Jakarta adalah kota yang memiliki sungai terbanyak. Salah satunya adalah Kali Ciliwung.
Sejarah Kali Ciliwung
Jakarta adalah satu-satunya kota yang memiliki sungai paling banyak yang membelah wilayahnya dari Selatan ke Utara dengan jumlah kira-kira 6-7 sungai. Di Barat ada Kali Angke, Kali Krukut, Kali Grogol dan di tengah-tengah kota mengalir Kali Ciliwung. Sedangkan di bagian Timur ada Kali Gunungsahari dan Kali Sunter. Â Ada juga Kali Besar yang mampu menampung air dari Kali krukut di ujung barat Jalan Pancoran (Medan Glodok).
Namun, diantara beberapa sungai tersebut, yang paling terkenal adalah Kali Ciliwung. Secara Bahasa, kata Ciliwung berasal dari Bahasa Sunda Kuno yaitu Cihaliwung  yang artinya harmoni.  di Kali inilah Belanda pertama kali membangun benteng (kastil) di tepi timur muara. Sedangkan di tepi barat muaranya terdapat gedung Culemborg dan kantor Pabean.
Bahkan dalam cataran sejarah, hingga abad ke 19-20 di sungai ini airnya sangat jernih. Saking jernihnya warga meminumnya tanpa menggunakan alat penyaring. Tidak hanya penduduk asli saja yang memanfaatkan air dari sungai Ciliwung, warga Belanda yang menetap di Jakarta juga mengkonsumsi air tersebut untuk diminum. Ciliwung pun didaulat sebagai sungai terbersih di dunia.
Kali Ciliwung Penuh Sampah
Pertengahan 2015 dan tahun-tahun sebelumnya, banyak sekali pemberitaan di media baik online maupun cetak yang mengatakan bahwa Sungai Ciliwung penuh dengan sampah. Predikat Ciliwung sebagai sungai terbersih di dunia pun tinggal kenangan. Â Misalnya Kali Ciliwung di Kelurahan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat dipenuhi sampah. Selain sampah, endapan lumpur yang tebal serta air yang surut tak jarang membuat kondisi kali semakin kotor.
Kini Air Kali CIliwung Kembali Bisa Diminum
Pemprov DKI dibawah kepemimpinan Ahok melakukan normalisasi Kali Ciliwung. Dampaknya, Kali Ciliwung yang tadinya banyak sampah berserakan, kini menjadi lebih bernilai dan asri. Bahkan Pemprov DKI Bekerjasama dengan Kodam Jaya dan beberapa pihak terkait, mampu menjadikan air Kali Ciliwung kembali untuk dikonsumsi.
Lebih Jauh, Ahok juga bertekad untuk menjadikan Kali Ciliwung sebagai destinasi wisata dan berencana membangun transportasi air di sungai terpanjang di Jakarta tersebut. Alasan Ahok ingin melakukan itu karena di kawasan ini terdapat banyak situs-situs dan flora fauna.
Semoga saja di Hari Air Sedunia ini, kita menjadi lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan air. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa air ada elemen utama dalam kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H