Kasus penganiayaan balita di Daycare merupakan isu yg serius dan dapat menimbulkan kekhawatiran besar bagi orang tua. Kejadian seperti ini biasanya mengakibatkan kekerasan fisik, verbal, atau kelalaian yg dilakukan oleh pengasuh ditempat penitipan anak. Seorang baby sitter berinisial US (30) telah ditetapkan sebagai tersangka usai ibu korban membuat laporan ke polrestabes Medan.
Meski berstatus tersangka, US hanya dikenakan wajib lapor lantaran ancaman hukumannya di bawah 5 tahun. Ibu korban, Cici anastasya (28) mengaku kecewa dengan keputusan tersebut lantaran kasus penganiayaan terekam kamera CCTV.
Akibat perbuatan US, Korban yg berusia 16 bulan mengalami memar di tubuh hingga trauma. Bahkan korban tak mau makan menggunakan sendok besi karena mulutnya pernah didorong US saat disuapi, Tidak hanya itu korban juga mengalami bentuk penganiayaan seperti dijambak dan dicubit.
Saat diperiksa, US mengaku sudah 8 bulan kerja sebagai pengasuh Daycare. US mengasuh tiga balita dan satu diantaranya menjadi korban penganiayaan. Kepala dinas pemberdayaan perempuan, perlindungan anak, dan keluarga berencana provinsi sumatera utara, Sri suriani purnamawati mendatangi murni daycare usai kasus penganiayaan balita viral.
Dampak dari kasus tersebut seorang anak mengalami Efek seperti
1. Trauma psikologis: Anak bisa mengalami ketakutan, cemas berlebihan, atau perubahan perilaku drastis.
2. Cedera fisik: Tanda-tanda awal cedera fisik seperti memar, luka, atau bekas cengkeraman seringkali.
3. Gangguan perkembangan: Penganiayaan dapat mengganggu perkembangan emosi, sosial, dan kognitif anak.
Anak-anak yang menjadi korban kekerasan dapat mengalami truma selama beberapa tahun atau bahkan seumur hidup. Akibat dampak psikologis dan sosial yang diterimanya, mereka juga akan mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain. Kekerasan dapat menyebabkan gangguan seperti perkembangan mental dan emosionalnya.
Setelah dianalisis dampak ini terdapat pada teori perkembangan psikologi dan sosial anak yg dikembangkan oleh Erik Erikson di mana di kasus ini terdapat Anak yang mengalami kekerasan dapat mempengaruhi perkembangan psikososial mereka, terutama selama perkembangan awal mereka.Â
Berikut ini adalah analisis dampak dalam konteks teori Erikson: 1. Tahap Bayi (0-1 Tahun): Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan* Krisis: Anak belajar apakah pengasuh dapat diandalkan dan apakah dunia di sekitarnya aman.
Dampak Kekerasan: Anak-anak yang mengalami kekerasan, seperti pengabaian atau penganiayaan, akan sulit membangun rasa aman. Ini dapat menyebabkan cemas, ketidakpercayaan pada orang lain, atau kesulitan menjalin hubungan di masa depan.Â
Penganiayaan dapat mengurangi inisiatif anak, membuatnya merasa bersalah, atau membuatnya takut untuk bertindak secara mandiri.Selain itu, trauma yang disebabkan oleh pengasuhnya dapat menyebabkan perasaan rendah diri, yang dapat menghambat perkembangan kepercayaan diri dan kemandirian anak.
Meskipun demikian, dalam konteks sosial, situasi ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga anak dan perlunya pengawasan pihak ketiga yang lebih kuat. Selain itu, mekanisme pemantuan yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa orang tua atau pengasu anak benar-benar terlindungi, terutama dalam hal perawatan dan pengasuhan.
Adapun beberapa Membutuhkan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai elemen, seperti keluarga, masyarakat, dan pemerintah, dalam menangani kasus kekerasan terhadap anak. Proses penanganan yang tepat adalah sebagai berikut: Membantu Anak Korban Secara Langsung:
a. Rehabilitasi Fisik:Jika anak mengalami cedera fisik, segera bawa mereka ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis dan menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk menghindari masalah jangka panjang.
b. Pengobatan Psikososial:* Beri anak konseling atau terapi psikologis, seperti terapi bermain atau konseling individu, untuk membantu mereka mengatasi trauma. * Pastikan bahwa orang yang memahami kebutuhan anak mendampinginya.
c. Dukungan psikologis:Berikan rasa aman dengan membuat lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman. Bergabung dengan keluarga selama pemulihan anak untuk membangun kembali kepercayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H