Mohon tunggu...
C E L O T E H K U
C E L O T E H K U Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2015 | Learn about life everyday from simply experience | Kontak twitter & instagram: dindabp

Selanjutnya

Tutup

Money

Kuliahkan 3 Anaknya dari Berjualan Jamu

20 September 2015   16:52 Diperbarui: 20 September 2015   16:52 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sebagai penghasil rempah-rempah terbesar di dunia, masyarakat Indonesia tentu saja tidak asing lagi dengan jamu. Ramuan tradisional yang berasal dari tanaman ini dipercaya bisa memberi manfaat untuk kesehatan maupun kecantikan. Dalam perkembangan pola kehidupan global, keberadaan jamu dalam kehidupan terasa mulai terancam dengan hadirnya berbagai jenis obat yang ternyata lebih cepat membereskan rasa sakit. Tetapi tukang penjual jamu tidak pernah merasa tersaingi sebab pangsa pasar mereka masih tetap ada.

Di era sekarang dengan daya persaingan yang tinggi, Ibu Sri Mulyani (57) tidak memiliki pilihan pekerjaan lain. Pendidikan terakhirnya yang tidak sampai tamat sekolah dasar membuatnya sulit mencari pekerjaan. Menjual jamu dengan sepeda keliling adalah salah satu cara dari beragam upaya yang dilakukan Ibu Sri Mulyani untuk menyambung hidup. Memang berat ketika memutuskan untuk menjadi tukang penjual jamu. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup sehat dan menjaga kesehatan, beliau berkeliling tanpa lelah dan malas berjualan jamu.

Ibu Sri Mulyani telah menekuni pekerjaannya menjual jamu sejak tahun 1980. Beliau mengaku bisa membuat jamu berkat belajar dari seorang teman saat remaja. Setiap pukul 09.00 pagi hingga pukul 03.00 sore beliau berkeliling dari rumahnya di Bangunrejo, Tridadi, Sleman hingga Kantor Kedaulatan Rakyat yang berada di alamat Jl. P. Mangkubumi No. 40 - 46 Yogyakarta. Pahit manis saat berkeliling menjual jamu kerap dirasakan Ibu Sri Mulyani. Panas matahari yang sangat menyengat saat musim kemarau dan angin kencang ketika musim penghujan adalah segelintir dari berbagai kesulitan yang dialaminya saat bekerja. Beliau mengaku ketika ramai pembeli penghasilannya bisa mencapai lebih dari Rp. 100.000,-

Selain menjual jamu, Ibu Sri Mulyani bersama sang suami memiliki usaha sampingan yaitu berjualan bakso keliling pada malam hari. Namun semenjak 10 tahun silam, saat gerobak bakso ditabrak orang mabuk dan dibakar, Ibu Sri Mulyani hanya menggantungkan hidupnya dari penghasilan berjualan jamu. Dengan sabar beliau menekuni pekerjaan ini. Tidak main-main, berkat kerja kerasnya beliau dapat menyekolahkan ketiga anaknya hingga ke perguruan tinggi.

“Saya sadar pendidikan adalah investasi yang penting untuk bisa bertahan di kehidupan saat ini. Maka dari itu walaupun saya tidak tamat SD, saya bertekad menjadikan anak-anak saya lebih hebat dari saya dengan sekolah yang tinggi dan mendapat pekerjaan yang mapan.” Tutur beliau saat saya temui kemarin (19/09).

Berawal dari jamu sepeda keliling, saat ini anaknya yang pertama telah bekerja di Jepang dan anaknya yang ketiga masih menuntut ilmu di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Beliau tidak henti-hentinya memotivasi ketiga anaknya untuk selalu giat belajar dan rajin bekerja. Tidak lupa juga untuk beribadah dan bersyukur.

Akhir-akhir ini Ibu Sri Mulyani mendapat dorongan dari ketiga anaknya untuk berhenti berjualan dan istirahat. Namun karena telah terbiasa bekerja, beliau tidak mengindahkan permintaan anaknya dan tetap menjajakan jamunya kecuali hari Minggu. Dia tetap kuat dan sabar dalam menjalani hidup. Ibu Sri Mulyani mengaku senang berjualan jamu keliling dengan sepeda tuanya karena selain menjadi kartini bagi keluarganya beliau juga dapat menyehatkan dirinya sendiri dengan hampir setiap hari bersepeda jauh. Di akhir obrolan kami beliau berpesan untuk semua anak-anak yang sedang mencari ilmu untuk hidup sederhana dan semangat walaupun memiliki banyak keterbatasan. Tidak lupa juga untuk selalu mendo’akan kedua orang tua yang telah merawat serta membimbing kita dari kecil sampai sekaranag.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun