Belakangan ini, kasus seperti bullying, tawuran antar remaja, minum minuman keras, penggunaan narkoba, balap liar dan kenakalan remaja yang lainnya semakin marak terjadi. Perilaku ini tidak hanya merugikan masyarakat sekitar namun dapat berdampak pula pada psikis dan mental dari korbannya. Remaja negeri saat ini tengah mengalami dekadensi moral yang sangat luar biasa. Bobroknya moral generasi bangsa sungguh menjadi bencana di masa depan, bagaimana tidak, remaja yang seharusnya menjadi tonggak estafet kepemimpinan bangsa di masa depan namun semakin rusak dengan adanya tindakan tercela tersebut.Â
Urgensi pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan yang harus dilaksanakan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas secara intelektual , tetapi juga mempunyai budi pekerti sopan santun dan beradab sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain. Â Pembinaan karakter yang termudah dapat diimplementasikan ketika anak-anak masih duduk di bangku SD.Â
Itulah sebabnya pemerintah memprioritaskan pendidikan karakter di SD. Bukan berarti jenjang pendidikan lain tidak mendapat perhatian, namun porsinya saja yang berbeda (Mendiknas, 2010). Pendidikan karakter memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan salah satu nilai dari tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu upaya yang saat ini dapat dilakukan untuk memberikan layanan pembelajaran kepada peserta didik adalah penerapan kurikulum merdeka yang dilaksanakan secara bertahap pada setiap jenjang satuan pendidikan. Penerapan Kurikulum Merdeka mendorong penguatan karakter yang dapat dilakukan melalui pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek pada penguatan profil pelajar Pancasila.
Salah satu karakteristik utama dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan aktivitas soft skills dan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Â Profil Pelajar Pancasila memiliki enam ciri utama diantaranya adalah Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis dan Kreatif. Â Siswa diberikan dorongan untuk memiliki karakter yang baik dan semua pelaksanaannya akan membentuk karakter siswa. Penguatan karakter dan kolaborasi siswa merupakan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Di dalam kurikukum ini terdapat proyek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila yang dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang proses pembelajaran dan lainnya ditetapkan oleh pemerintah.
Harapannya dengan adanya penguatan karakter pada Profil Pelajar Pancasila ini adalah sebagai upaya dalam mengembangkan kontrol diri seseorang termasuk peserta didik dapat dikembangkan dan dapat melahirkan pula generasi yang mandiri, disiplin, kreatif, bertanggung jawab, tangguh dalam menghadapi tantangan. Keberhasilan akan implementasinya akan sangat ditentukan oleh kepiawaian pendidik untuk menjadi inspirasi dan teladan bagi peserta didiknya. Implementasi pendidikan karakter di setiap satuan pendidikan tentu akan membentuk masyarakat yang tidak hanya produktif tetapi juga pekerja keras, kreatif, inovatif, tangguh dan bertanggungjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H