Homo sapiens mulai menetap di Afro-Asia lalu mereka berenang melewati perairan-perairan pendek dan akhirnya menetap di beberapa pulau. Selanjutnya, mereka mulai menggunakan perahu-perahu berbahan sederhana. Namun, sayangnya mereka tetap tidak dapat menjangkau laut terbuka Amerika, Australia, maupun pulau-pulau terpencil seperti Madagaskar, Selandia Baru, dan Hawaii. Hingga salah satu teori menyatakan bahwa 45.000 tahun lalu homo sapiens yang hidup di Kepulauan Indonesia berhasil membangun kapal dan menggunakannya di laut lepas hingga akhirnya kemampuan ini memungkinkan mereka untuk menjangkau hingga tinggal menetap di Australia. Hal ini menunjukkan betapa hebat dan kuatnya homo sapiens dibandingkan dengan spesies lain. homo sapiens dengan kehebatannya mulai beradaptasi hingga tanpa sadar mereka mengubah ekosistem Australia. Seiring dengan pergerakan yang homo sapiens lakukan, mereka mulai bertemu dengan sebuah alam asing yang dihuni oleh makhluk-makhluk unik seperti kanguru berukuran 2 meter dan berat 200 kg, koala berukuran besar, hingga ular yang memiliki ukuran sepanjang 5 meter. Ajaibnya, dalam beberapa tahun hewan-hewan raksasa ini punah, bahkan dari 24 spesies 23 diantaranya mengalami kepunahan. Hal tersebut bahkan mengakibatkan runtuhnya rantai makanan di ekosistem Australia. Hal ini menimbulkan tanda tanya apakah rusaknya ekosistem ini adalah ulah dari homo sapiens?Â
Sebagian ahli berusaha untuk menutupi kesalahan dari homo sapiens dengan menyalahkan iklim dan menyatakan bahwa iklim lah penyebab utama terjadinya kerusaan ekosistem di Australia. Namun, terdapat bukti yang dapat mendukung dugaan bahwa homo sapiens bersalah. Bukti pertama, jika memang iklim penyebab utama kepunahan faktanya iklim bumi tidak pernah beristirahat lalu mengapa hal ini baru saja menimpa 45.000 tahun lalu saat homo sapiens datang? Selain itu, jika memang terjadinya kepunahan karena iklim, seharusnya seluruh fauna mengalami kepunahan termasuk dengan binatang laut. Namun, faktanya tidak ada dampak yang signifikan maupun kepunahan kepada fauna laut. Bukti kedua, bahwa ketika homo sapiens mencapai Australia mereka sudah menguasai kemampuan untuk melakukan pertanian berbasis api. Hal ini membuat mereka dengan sengaja membakar area-area hutan yang lebat untuk menciptakan lahan rumput terbuka dan memudahkan homo sapiens dalam berburu.
Kegiatan ini merupakan penyebab utama binatang-binatang pemakan tumbuhan kesulitan dalam mencari makanan sehingga mengakibatkan kepunahan. Bukti ketiga, tidak dapat dipungkiri bahwa iklim memang mempunyai pengaruh, namun kedatangan homo sapiens yang melakukan perburuan dan pertanian dengan metode pembakaran atau yang disebut dengan pertanian berbasis api bertepatan dengan perubahan-perubahan iklim yang akhirnya mendorong ekosistem di Australia berada dalam kepunahan.
Punahnya fauna di Australia merupakan sebuah pertanda awal perubahan signifikan yang disebabkan oleh keberadaan homo sapiens. Hal ini, lalu diikuti oleh bencana ekologis yang bahkan lebih besar yang melanda Amerika. Homo sapiens akhirnya berhasil mencapai belahan barat sekitar 16.000 tahun yang lalu atau sekitar 14.000 tahun sebelum masehi. Homo sapiens awalnya mulai berjalan ke Siberia Utara, hal ini membuat mereka mencari cara agar dapat menghadapi kondisi ekstrem di Siberia Utara di mana suhunya bisa mencapai sekitar minus 50 derajat celsius. Selanjutnya mereka mulai belajar membuat sepatu-sepatu salju dan pakaian penghangat efektif yang terbuat dari lembaran bulu dan kulit binatang. Mereka juga mulai mengembangkan teknik-teknik berburu canggih yang membantu mereka untuk dapat membunuh hewan-hewan yang berada di sebelah utara seperti mamut.Â
Spesies homo sapiens yang mendiami Amerika tak kalah berdarahnya, dalam 2000 tahun sejak kedatangan homo sapiens sebagian besar spesies unik yang berada di Amerika mengalami kepunahan. Amerika Utara akhirnya kehilangan 34 dari 57 spesies mamalia besar sedangkan Amerika Selatan kehilangan 50 dari 60 spesies. Selama beberapa dekade, para ahli mencoba mencari dan menemukan sisa-sisa tulang fosil unta kuno dan kotoran kukang. Untuk fosil unta kuno akhirnya berhasil ditemukan sekitar 12.000-9.000 tahun yang lalu di mana pada periode waktu ini bertepatan saat spesies homo sapiens membanjiri Amerika. Sedangkan kotoran kukang, diperkirakan berhasil ditemukan sekitar 5.000 tahun sebelum masehi. Ini adalah masa yang bertepatan saat spesies homo sapiens berhasil menyeberangi Laut Karibi dan meninggali pulau ini.
Jika kita kombinasikan kepunahan massal di Australia dan Amerika serta kepunahan kecil yang terjadi, hal ini bertepatan saat homo sapiens menyebar dan tinggal di Australia dan Amerika. Selanjutnya, di Afro-Asia mengalami kepunahan jenis spesies manusia yang lain dan hanya spesies homo sapiens lah yang bertahan. Lalu, dengan menyebarnya homo sapiens mereka juga menyebabkan adanya kepunahan kerajaan binatang atau fauna terutama makhluk-makhluk besar berbulu. Spesies homo sapiens mendorong kepunahan sekitar kurang lebih setengah binatang besar di planet ini jauh sebelum manusia menemukan roda, tulisan, dan alat-alat besi. Bencana-bencana ekologis menimpa hampir setiap 1000 tahun di pulau-pulau yang bertebaran di Samudra Atlantik, Samudra Hindia, Samudra Arktik, dan Laut Mediterania. Hingga saat ini adanya aktivitas industri menyebabkan terjadinya kepunahan flora dan fauna yang ada. Kepunahan besar yang telah disebabkan oleh manusia terdahulu harusnya menyadarkan kita pentingnya untuk melindungi dan melestarikan flora dan fauna yang masih tersisa.
Referensi
Harari, Y. N. (2014). Sapiens: a brief history of humankind. Penguin Random House
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H