Wonosobo -- Â 17% kematian anak di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit diare. Diare merupakan keluarnya cairan atau feses encer minimal terjadi 3 kali dalam waktu 24 jam. Di Indonesia, diare merupakan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai kematian. Tinggi nya angka kejadian diare pada anak-anak terjadi karena beberapa faktor salah satunya adalah kurang baiknya kebersihan diri sendiri atau personal hygiene.Â
CTPS merupakan salah satu fokus utama dari Program Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan merupakan bagian dari SDGs 2030. Mahasiswa KKN-T Water, Sanitation, And Hygiene (WASH) Universitas Diponegoro bekerja sama dengan UNICEF berupaya untuk menurunkan angka kejadian diare pada anak usia sekolah dasar yaitu meningkatkan perilaku CTPS dengan metode RANAS (Risks, Attitudes, Norms, Abilities and Self-regulation). Intervensi RANAS bertujuan untuk mengubah pola pikir penerima manfaat, sehingga keyakinan, sikap, norma yang dirasakan dan perasaan mereka terhadap perilaku sasaran menjadi positif terhadap perilaku tersebut.
Pada Rabu (18/01/2023) dan Jumat (23/01/2023), KKN-T WASH Kelompok 1 melaksanakan kegiatan sosialisasi pentingnya CTPS dan praktik CTPS di SDN Candiyasan dan SDN 02 Candimulyo. Adapun populasi target dari kegiatan adalah siswa dan siswi berusia kelas 3, 4, 5, dan kelas 6. Melalui kegiatan sosialisasi dan praktik CTPS di Sekolah Dasar, mahasiswa KKN-T WASH Kelompok 1 meyakini bahwa kegiatan ini dapat membawa dampak positif terhadap penurunan kasus kejadian penyakit menular seperti diare, Covid-19, ISPA, dan kecacingan pada anak-anak di Indonesia khusunya di Wonosobo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H