*Kurikulum Merdeka mempermudah atau mempersulit siswa era gen Z?*
 Mahasiswa kurikulum Merdeka Belajar merupakan salah satu inovasi dalam dunia pendidikan Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan minat belajar siswa secara maksimal. Kurikulum ini didesain agar siswa dapat belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka, tanpa merasa terbebani oleh tuntutan akademik yang terlalu tinggi.
Dalam kurikulum ini, konten pembelajaran dirancang agar lebih optimal, memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk memahami konsep dan mengembangkan kompetensi. Guru juga memiliki kebebasan dalam memilih berbagai perangkat pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
Projek yang bertujuan untuk memperkuat pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan dengan pendekatan berbasis tema yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek ini tidak ditujukan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran tertentu.
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ini, diantaranya:
* 1.Meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih menyenangkan dan efektif.
* 2.Mengurangi beban akademik siswa sehingga mereka lebih memiliki waktu untuk menggali bakat dan minat mereka.
* 3.Mendorong guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam membuat metode pembelajaran yang relevan.
* 4.Membentuk karakter siswa yang mandiri, kritis, dan memiliki kepekaan sosial yang baik.
Kurikulum Merdeka Belajar dikembangkan sebagai respons terhadap hasil Program for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa 70% siswa usia 15 tahun berada di bawah tingkat kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Selain itu, terdapat kesenjangan yang besar antara wilayah dan kelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas pembelajaran yang diperparah oleh pandemi COVID-19.
Untuk mengatasi situasi ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi darurat yang disebut sebagai Kurikulum Darurat. Kurikulum ini diterapkan untuk mengatasi dampak kekurangan pembelajaran (learning loss) selama pandemi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat, ditemukan bahwa penggunaan kurikulum ini dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% dalam bidang literasi dan 86% dalam bidang numerasi. Keberhasilan Kurikulum Darurat ini menunjukkan bahwa perubahan kurikulum yang lebih komprehensif sangat penting. Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka Belajar dirancang sebagai kurikulum baru yang lebih komprehensif dibandingkan kurikulum sebelumnya.
Latar belakang lainnya terkait Kurikulum Merdeka Belajar antara lain sebagai berikut:
* Adanya kebutuhan untuk mengembalikan hak dan kebebasan belajar pada siswa, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang lebih kreatif dan inovatif.
* Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan yang berbasis karakter dan kepekaan sosial, tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik.
* Penyederhanaan kurikulum yang dianggap terlalu padat dan membebani siswa, serta perlu adanya penekanan pada aspek kehidupan, seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi efektif, dan kemampuan bekerja sama dalam tim.
* Adaptasi terhadap perkembangan dunia yang semakin cepat dan perubahan kebutuhan masyarakat yang memerlukan tenaga kerja yang fleksibel, kreatif, dan inovatif.
Implementasi kurikulum merdeka melibatkan tiga tahapan utama sebagai berikut:
* 1.Asesmen Diagnostik: Tahap pertama adalah melakukan asesmen diagnostik untuk mengidentifikasi potensi, karakteristik, kebutuhan, perkembangan, dan pencapaian peserta didik dalam pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kemampuan dan kebutuhan siswa. Hasil asesmen diagnostik ini menjadi dasar untuk perencanaan pembelajaran yang lebih efektif.
* 2.Perencanaan: Tahap kedua melibatkan perencanaan pembelajaran yang mencakup tujuan, strategi, metode, dan materi pembelajaran. Guru menggunakan hasil asesmen diagnostik untuk menyusun perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. Selain itu, guru juga dapat mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu.
* 3.Pembelajaran: Tahap terakhir adalah implementasi pembelajaran. Guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Selama proses pembelajaran, guru melakukan asesmen formatif secara berkala untuk memantau perkembangan siswa. Hal ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Pada akhir periode pembelajaran, guru juga melakukan asesmen sumatif sebagai evaluasi akhir untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran.