Dinda Novia Ardani
202310420311150
ppoy0711@gmail.com
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah malangÂ
Malang, Universitas Muhammadiyah Malang -- Sekolah, sebagai tempat utama bagi anak-anak untuk belajar, juga dapat menjadi lokasi rentan penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Usia sekolah dasar, khususnya, merupakan masa krusial yang rawan terserang berbagai penyakit. Hal ini umumnya terkait erat dengan kurangnya penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menyadari urgensi ini, tim dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yaitu Erma Wahyu Mashfufa, Nur Aini, Lilis Setyowati, dan Ollyvia Freeska DM, melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk memaksimalkan fungsi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sebagai sarana edukasi kesehatan yang efektif.
Dalam wawancaranya, Erma Wahyu Mashfufa menjelaskan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah meningkatkan wawasan guru dan siswa tentang pentingnya fungsi UKS. "Kami ingin UKS bukan hanya sekadar ruang kesehatan, tetapi juga menjadi pusat edukasi dan pembentukan perilaku sehat bagi siswa," ujarnya. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah pembentukan PERCIL (Perawat Kecil), yang diharapkan menjadi role model PHBS di sekolah.
Kegiatan pengabdian yang berlangsung selama delapan bulan ini melibatkan empat guru pendamping UKS dan 20 siswa sebagai kader. Pendampingan dimulai dengan pengisian rapor kesehatan siswa, pengenalan alat-alat kesehatan di UKS, serta penyuluhan mendalam tentang PHBS. "Metode ini kami rancang agar peserta dapat memahami materi dengan lebih mudah, sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari," ujar Nur Aini.
Proses ini dilengkapi dengan pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa. Hasilnya, rata-rata nilai pengetahuan siswa meningkat signifikan, dari 20,65 menjadi 68,85. Setelah pemberian materi, 10 siswa dengan nilai tertinggi dipilih untuk dilatih intensif sebagai PERCIL. Mereka nantinya akan menjadi representasi sekolah dalam lomba UKS serta panutan bagi siswa lainnya.
"Kegiatan ini memberikan manfaat besar, tidak hanya bagi siswa tetapi juga bagi guru pendamping UKS. Pengetahuan dan keterampilan mereka dalam mengelola kesehatan sekolah meningkat signifikan," ungkap Lilis Setyowati. Selain itu, tim pengabdian juga memberikan bantuan berupa peralatan UKS, poster edukasi, buku rapor kesehatan siswa, dan buku informasi kesehatan untuk mendukung keberlanjutan program.
Bagi Ollyvia Freeska DM, program ini adalah langkah awal yang menjanjikan dalam membangun budaya sehat di sekolah. "Kami berharap model ini dapat diadopsi oleh sekolah-sekolah lain. Dengan memaksimalkan fungsi UKS, kita tidak hanya menciptakan lingkungan yang sehat, tetapi juga membentuk generasi muda yang sadar pentingnya PHBS," tambahnya.
Melalui pendekatan ini, Universitas Muhammadiyah Malang tidak hanya mendukung penguatan fungsi UKS, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam membentuk generasi sehat yang siap menjadi agen perubahan di lingkungannya. Sebuah langkah kecil namun bermakna untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat di masa depan.