Mohon tunggu...
Prasherly Anura Dinda
Prasherly Anura Dinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Kedokteran Gigi

Konten yang saya bagikan harapannya dapat bermanfaat bagi banyak orang ^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Psikosomatis dan Dampaknya akan Kualitas Hidup

8 Juni 2022   00:43 Diperbarui: 8 Juni 2022   00:46 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tahukah anda? Sakit secara fisik yang anda rasakan tidak hanya dapat terjadi karena alasan konkret dari diagnosa penyakit tertentu, tetapi juga dapat disebabkan oleh sugesti maupun kondisi psikologis. Pada artikel ini, saya akan memperkenalkan kondisi ‘psikosomatis’ yang secara singkat merupakan gangguan kesehatan fisik yang terjadi akibat kondisi psikologis tertentu. 

Terdapat berbagai penelitian yang mengatakan bahwa kondisi ini memiliki efek terhadap kualitas hidup seseorang.

Sejatinya kondisi mental maupun emosi sangat memiliki hubungan dengan keadaan fisik secara riil. Bahkan, menurut Ohrnbergera (2017), kesehatan mental (fisik) di masa lalu berdampak langsung atau tidak secara signifikan terhadap kesehatan fisik (mental) saat ini. 

Zboralski dkk. (2008) menyampaikan bahwa permasalahan emosi yang dialami seseorang bisa berdampak pada kualitas hidup orang yang mengalami gangguan psikosomatis, lebih jelasnya kualitas lebih buruk daripada orang pada umumnya. 

Secara definisi, gangguan psikosomatis adalah gangguan fisik yang kekambuhannya didukung oleh kondisi psikologis, misalnya karena stres atau tekanan emosional (Everly & Lating, 2002). Sedangkan, definisi dari Quality of Life (QoL) adalah penilaian seseorang terhadap posisinya dalam hidup berkaitan dengan konteks budaya dan sistem nilai 

dimana mereka berada serta berhubungan dengan tujuan, harapan, standar serta fokus perhatian mereka. Kemudian diringkas menjadi 4 domain yaitu, fisik, psikologis, relasi sosial dan lingkungan (WHO, 1997).  

Sorotan pada kasus ini, yaitu psikosomatis yang memiliki beberapa penyebab yang mungkin sering terjadi. Pada penelitiannya, Apriyani (2018) membeberkan penyebab psikosomatis pada subjek di Samarinda adalah faktor sosial, ekonomi, perkawinan/relasi romantis, keluarga, penggunaan zat-zat tertentu, dan faktor psikologis. 

Selain pendapatnya, alasan lain yaitu kegagalan untuk mencapai standar yang diimpikan (Yeshua dkk., 2019). Dapat diketahui dari penelitian tersebut bahwa emosi negatif seperti kemarahan, kecemasan, kekecewaan, rasa tertekan untuk mencapai standard tertentu, 

maupun sifat perfeksionis menyebabkan symptoms ini terjadi akibat terserangnya mekanisme kerja neurologis sehingga mengaktifkan sejumlah neural, neuroendocrine dan endocrine yang berlebihan dan menyerang organ terlemah individu. 

Pikiran maupun emosi negatif tersebut menyebabkan penderitanya mengeluhkan beberapa rasa sakit secara fisik terepetisi seperti maag, sakit kepala, migrain, tekanan darah tinggi, maupun gatal pada kulit. Penelitian yang dilakukan oleh  

Ila Nurlaila Hidayat dan Witrin Gamayanti (2020) membuktikan bahwa psikosomatik yang sering dialami mahasiswa berdasarkan data adalah gangguan maag, migraine, gangguan kulit dan pernafasan dalam hal ini adalah asma. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun