Pada tanggal 9 hingga 11 Desember 2024, mahasiswa kelas Seni Lingkungan, Program Studi Seni Rupa, Universitas Brawijaya, menggelar pameran Swaraning Bumi di Galeri SAC FIB A UB. Pameran ini merupakan mini project sekaligus refleksi kritis mahasiswa Seni Rupa UB terhadap krisis ekologi yang dihadapi saat ini. Berbagai media eksplorasi dihadirkan dengan muatan advokasi lingkungan. Sebanyak 8 karya seni ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti video art, instalasi seni, patung, hingga lukisan. Karya-karya ini menyoroti isu krusial, seperti polusi plastik, illegal logging, dan fast fashion, sembari menyisipkan apresiasi terhadap alam dan keindahannya.
Mila, salah satu seniman mahasiswa yang terlibat dalam pameran, menjelaskan bahwa Swaraning Bumi berarti "Suara Bumi", baik yang terdengar maupun yang tidak terdengar. Menurutnya, pameran ini bukan hanya menjadi wadah untuk menyuarakan realitas kerusakan lingkungan, tetapi juga menginisiasi penggunaan bahan ramah lingkungan dan bahan daur ulang dalam praktik seni untuk mengedepankan nilai keberlanjutan. Amabel Janitra, kurator pameran, menyatakan bahwa seluruh karya yang dipamerkan merepresentasikan isu-isu lingkungan yang diangkat. Ia menambahkan bahwa pameran ini merupakan langkah awal signifikan dalam upaya meningkatkan kepedulian terhadap krisis ekologi, yang dimulai dari lingkungan belajar, khususnya kampus.
Mayang Anggrian, M.Pd., dosen pengampu kelas Seni Lingkungan, menegaskan bahwa pameran ini adalah bentuk mini proyek advokasi lingkungan melalui seni. “Melalui karya-karya ini, mahasiswa tidak hanya belajar memvisualisasikan permasalahan lingkungan, tetapi juga mengajak pengunjung untuk merenung dan bertindak. Seni memiliki kekuatan untuk membangkitkan emosi dan kesadaran, dan itu yang ingin kami dorong dalam pameran Swaraning Bumi,” jelasnya.
Seorang pengunjung pameran, Fikri, yang juga merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya, mengungkapkan bahwa ia memperoleh banyak wawasan baru terkait nilai-nilai yang diusung oleh pameran ini. Ia menjelaskan, “Pameran ini sangat membuka perspektif dan memberikan edukasi kepada pengunjung, terutama bagi saya pribadi, mengenai kebiasaan anak muda seperti thrifting, yang ternyata memiliki dampak destruktif terhadap ekosistem." Pernyataan ini menegaskan betapa pentingnya pameran dalam membangun kesadaran lingkungan, terutama di kalangan generasi muda. Melalui karya seni yang inspiratif dan edukatif, Swaraning Bumi berhasil menghadirkan suara-suara alam yang seringkali terabaikan dan memberikan dorongan nyata untuk mencintai serta menjaga lingkungan kita.
Penulis: (Aulia Resky/Saarah Adilah/Dinda Alifia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H