Mohon tunggu...
Dinda Putri Ramadhani
Dinda Putri Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mari bersemangat

Kerjakan apa yang kamu kerjakan.

Selanjutnya

Tutup

Love

Sahabat Terlalu Rekat? Yuk Cari Tahu!

29 Juni 2021   18:04 Diperbarui: 29 Juni 2021   18:15 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Wikipedia pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Pertemanan dapat digambarkan suatu hubungan yang dapat melibatkan pengetahuan, penghargaan, afeksi, dan perasaan. Biasanya pertemanan yang awet memiliki selera yang serupa dan mungkin saling bertemu, mereka juga biasanya menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai, akhirnya terlibat dalam perilaku yang saling menolong. Pertemanan yang sehat, teman yang baik akan memberikan ruang saat kita memburtuhkannya dan mencintai kita dalam keadaan suka maupun duka. Bukan frekuensi hubungan yang membuktikan kekuatan suatu hubungan, tetapi kedalaman dan kedekatan timbal balik serta rasahormat yang merupakan keunggulan dari hubungan tersebut.

Namun, bagaimana jika salah satu dari teman tersebut lama kelamaan mengalami tekanan yang disebabkan oleh terlalu eratnya hubungan pertemanan?

Mari kita cari tahu penyebabnya! Awal akan terlalu eratnya pertemanan yang bahkan melebihi dengan keluarga harus kita pertanyakan mengapa bisa begitu? Seharusnya sebagai individu dan seorang anak kita lebih dekat dengan keluarga bukan dengan orang luar. 

Jika pertemanan yang terlalu erat dan bahkan jika dia sangat bergantung pada temannya kemungkinan mengidap gangguan kelekatan yang disebabkan oleh trauma masa kecil. Sehingga pada saat ia mendapatkan apa yang ia butuhkan dari seorang teman ia akan terus "menempel" pda temannya tersebut dan menjadi ketergantungan pada temannya tersebut. Hal tersebut dapat membuat ia susah untuk berinteraksi dengan kedatangan orang baru lainnya.

Orang yang seperti itu dalam psikologi dapat disebut dengan Attachment Disorder. Pada masa dewasa biasa disebut dengan Adult Attachment Disorder (AAD). Adult Attachment Disorder (AAD).sendiri berasal dari Attachment Disorder yang tidak terobati dan akhirnya terkumpulkan pada saat dewasa. 

Semua berawal dari pada masa anak-anak yang tidak dapat hubungan yang diperhatikan orang tua pada masa muda awal. Berasal dari Attachment Theory penyebab dan gejala yang berakar dari hubungan manusia selama dia hidup.

Biasanya gejala dari AAD hampir sama dengan Attachment Disorder yaitu lebih berfokus pada pengabaian, penyelewengan fungsi, penyalahgunaan, dan trust issues. Tetapi pada AAD ini lebih focus pada hubungan di kehidupan nanti dari pada pada tahun-tahun sebelumnya. Selebihnya pada AAD dapat juga menunjukkan perilaku impulsive, keinginan control, kurangnya kepercayaan, kurnag bertanggung jawab, dan kecanduan.

Orang  yang mengalami AAD atau Attachment Disorder secara langsung mempengaruhi  system neurologis individu yang mengontrol regulasi stress. Dalam penelitian tentang Attachment, ada dua bidnag utama yang dipelajari yaitu respon otonom, seperti detak jantung atau pernapasan dan aktivitas sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, yaitu sebuah system yang bertanggung jawab atas reaksi tubuh terhadap stress. 

Pada studi terbaru juga menyampaikan hubungan Attachment awal menjadi molekuler yang ada dalam makhluk hidup, dapat juga mempengaruhi fungsi system kekebalan tubuh di kemudian hari.

Ada juga metode penelitian yang tela memungkinkan peneliti untuk menyelidiki lebih lanjut korelasi saraf keterikatan pada manusia. Ini juga dapat mengidentifikasi struktur utama iotak, saraf sirkuit, system meurotransmitter, dan neuropeptide, dan bagaimana dapat terlibat pada fungsi system attachment dan dapat memberi tahu kami lebih banyak tentang individu tertentu, bahkan memprediksi perilalku mereka.

Jika dipandang dalam sudut pandang islam, dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial, Allah menciptakan saudara, sahabat, bahkan pasangan hidup untuk menemani seseorang terutama dalam beribadah dan mencari ridho-Nya.

Dari interaksi yang dilakukan dari satu orang dengan orang lain, secara intens dan terus menerus akan menghasilkan pertemanan atau persahabatan di antara kedua orang atau bahkan lebih. Selain dari interaksi yang terus-menerus, pertemanan juga dapat tercipta karena kesamaan hobi, kesamaan aktivitas dan lain sebagainya. Meski memiliki banyak persamaan, tak dapat dipungkiri setiap orang pasti memiliki perbedaan dalam berbagai hal, karena Allah menciptakan manusia dengan keunikannya masing-masing.

Mengetahui dan memahami perbedaan tersebut, seorang teman atau sahabat berusaha untuk mengerti dan mengimbangi perbedaan dengan memahami karakter masing-masing. Dalam Islam, persahabatan merupakan salah satu yang sangat dianjurkan. anjuran untuk menjalin persahabatan tersebut tertera dalam Alquran. Pada surat Al Hujurat ayat 10, Allah berfirman:

Innamal-mu'minuna ikhwatun fa aslihu baina akhawaikum wattaqullaaha la'allakum tur-hamun

Artinya:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."

Adapun dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:

"Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak mendzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya".(HR Muslim)

Dalam ayat dan hadits yang sudah dijelaskan sebelumnya, Allah dan Rasulullah menganjurkan umat manusia untuk menjalin persahabatan terutama dengan sesama Muslim. Rasulullah juga mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga adab pertemanan. Hal inilah yang membuat Rasulullah amat disayangi para sahabat.

  • Bergaul dengan mukmin
  • Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga bersabda: "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari)
  • Menjaga Perkataan
  • Ketika berbicara dengan teman, alangkah baiknya jika menjaga perkataan agar tidak menyakiti teman. Berkatalah dengan perkataan yang baik, dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Rasulullah bersabda: "Mukmin yang paling sempurna imannya adalah mukmin yang paling baik akhlaknya." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
  • Berpakaian yang baik
  • Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah: "Perhiasan yang tampak menunjukkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan melihat pakaianmu. Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadi bahan celaan dalam pembicaraan orang atau bahan ejekan orang-orang tukang cemooh."
  • Tidak memotong pembicaraan
  • Rasulullah bersabda: "Jika engkau mengatakan 'diamlah' kepada orang-orang ketika mereka sedang berbicara, sungguh engkau mencela dirimu sendiri." (HR. Ahmad)
  • Menghindari perdebatan
  • Meskipun kita tahu teman berbuat kesalahan, maka beritahulah dengan lembut dan sopan, serta jangan mendebat apalagi menggunakan nada tinggi atau membentak.
  • Saling memberi hadiah
  • Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: "Saling menghadiahilah kalian niscaya kalian akan saling mencintai." (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 594, dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Irwa`ul Ghalil no. 1601).

DAFTAR PUSTAKA

Novitasari, Hesty. Sasanti Juniar. "Reactive Attachment Disorder". Hal 11-20.

Levine A, Heller R (2011). Attached: The new science of adult attachment and how it can help you find and keep love. New York, NY: Penguin Group.

Sperling MB, Berman WH (1994). Attachment in Adults: Clinical and Developmental Perspectives. Guilford Press.

Strathearn L, Fonagy P, Amico J, Montague PR (December 2009). "Adult attachment predicts maternal brain and oxytocin response to infant cues". Neuropsychopharmacology. 34 (13): 2655--66.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun