“Aduh, kau tahu aku suka anak sejarah namanya Ravin” kata temanku tersenyum-senyum sambil memakan es krim.
“Cieeeeee, sudah gede nih” jawabku hanya singkat tak tahu harus bagaimana.
“Hahahahahahha, ya iyalah masa kamu” katanya lagi sambil mengejekku.
“Iya iya yang sudah gede, memang anaknya seperti apa?” tanyaku penasaran.
“Nanti waktu kuliah bahasa inggris ya” katanya lagi penuh bunga.
Aku hanya memikirkan apa yang dirasakan temanku itu, dan berpikir untuk membuat puisi, biasa tanpa judul.
ØBunga-bunga semakin tertunduk
Menampakkan pikatannya
Berjatuhan tiada terkendali
Seakan sudah tahu yang dilakukannya
Musim apakah ini?
Terasa semi di pulau berbeda
Aku hanya tidur-tiduran malas di atas kasur memikirkan apa arti cinta sesungguhnya. Lama-kelamaan aku tertidur pulas begitu saja dan bermimpi, mimpi indah yang berbeda di negeri yang sepertinya asing bagiku, ada lelaki yang ku ikuti langkahnya, entah siapa dia, namun begitu jelas kupandangi dengan setelan hem kotak-kotak besar warna biru muda, begitu cerah. Dan tiba-tiba saja berhenti oleh pukulan kecil di kakiku.
“Aw,…. Eeeeehhhhh” bahasa bangun tidur yang biasa kupakai -_-.
“Ayo berangkat, kuliah tidak? Yang lain sudah berangkat tuh. Nanti aku kasih tahu dia yang mana” katanya bersemangat.
“Iya, mandi dulu tapi, berangkat saja dulu, nanti kita pulang bareng kan?” kataku setengah malas dan setengah tak sadar.
“ya sudah, bye” katanya sangat bersemangat.
Aku berjalan malas menuju kamar mandi asrama kami yang letaknya ada di dalam kamar dan pintunya ada di balkon. Jadi aku tidak langsung mandi dan melihat pemandangan kota bunga ini. Aku memperhatikan jalanan yang masih saja terasa sibuk walaupun terik matahari seakan 1 meter di kepala mereka dan bising deru mesin-mesin motor dan mobil pribadi ditambah knalpot para sopir-sopir tua. Setelah memperhatikan jalanan dan sekarang rasanya nyawaku sudah terkumpul semua aku pergi mandi dan tiba-tiba aku kembali lagi karena aku melihat sesosok yang sama persis dalam mimpiku berjalan menuju kampusku, dan setelah melihat kejadian itu aku langsung mandi dengan kecepatan kilat,…. Eiiiits tapi bersih dan wangi ya,… sambil menyemprotkan semprot r***k* sana sini, hhhh bukan parfum lagi, … ssssssttttttt,….. Dengan kecepatan tinggi aku menuju kampus dengan bersemangat menaiki sepeda onthelku sambil melihat kiri kanan depan belakangku mencari cari sosok lelaki yang masuk dalam mimpiku. Dan Brakkkkk,….. jatuhlah aku di kasur yang sangat berlangganan dengan para penggunnaya itu yaitu aspal jalanan dalam kampusku.
“aaahhhhh” kataku sambil mengeluh kesakitan dan ternyata aku menabrak sepeda motor. Kataku mengerang kesakitan sambil memegangi kakiku.
“mbak,kalau naik sepeda itu lihat ke depan bukan ke belakang atau ke samping, lihat-lihat mbak, di rem sepedanya” katanya agak marah.
“I,… iya mas maaf” kataku sambil melihat sosok lelaki dalam mimpiku tadi tanpa memperhatikan orang yang telah kutabrak tadi. “maaf mas sekali lagi” kataku lagi sambil mengayuh sepedaku cepat meninggalkan lelaki yang kutabrak tadi.
Dengan cepat aku memarkir sepedaku dan menguncinya dan mengikuti langkah kakinya tepat dibelakangnya dan aku sambil tersenyum-senyum tidak jelas, apakah ini cinta? Pikirku tentang cinta yang selama ini tak pernah kurasakan dari manusia lain jenis. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya dari belakang mengikuti langkah kakinya, dan dia berjalan bersama dengan temannya. Dia begitu tinggi dan aku hanya sampai dipundaknya. Tiba-tiba ada seseorang yang lain menyeretku.
“Dina, dina itu dia anaknya Ravin di depan kamu, wah senangnya” katanya sangat bersemangat dengan suara lirih.
“oh, benarkah?” aku hanya bisa tersenyum dan diam saja, “kenapa harus sama?” pikirku dalam hati dan tiba-tiba saja dadaku terasa sesak.
Aku hanya bisa diam dan tersenyum sopan agar dia tidak curiga dengan apa yang kulakukan. Dan dia terus saja memainkan tanganku dengan mengayun-ayunkan tanganku sambil bernyanyi “nannananannanannana,nanannanana” nyaris tanpa suara.
“Apa kau tidak masuk kelas?” kataku agar suasanaku lebih baik.
“Tidak, aku menunggunya, eh ternyata bertemu” jawabnya sangat bersemangat lebih bersemangat dari sebelumnya dan tak tahu perasaanku.
Dan setelah acara mengikuti sosok lelaki yang ternyata Ravin tadi berakhir seiring dengan Ravin yang belok ke arah kanan, mungkin kelasnya ada di samping kolam ikan dan taman kampu sedangkan aku dan Mia lurus terus menuju kelas yang berada disamping rektorat kampus tercinta kami, ruang kelas Mia ada di bagian A1 dan kelasku A10 :D.
Berada di kelas aku tidak fokus pada pelajaran apalagi memperhatikan guru yang ada di depan kelas dan kelas hari ini adalah pelajaran game sms berantai yang dibisikkan dari telinga ke telinga masing-masing orang dan berbahasa inggris. Aku yang tadinya ogah-ogahan harus mau menerima hal itu dan permainan berakhir begitu seru dan kelompokku menang dan mendapatkan jajan tiap anak, lumayanlah sedikit melupakan kejadian pahit tadi. Setelah kelas selesai akupun pulang dan langsung tidur.
Setelah semua yang terjadi, satu demi satu kejadian kulupakan dan aku mulai terbiasa dengan hal itu. Dan setelah satu tahun kami ada di asrama kamipun harus keluar dari asrama dan mencari kost, pondok atau jadi mbak-mbak penunggu di asrama. Akupun memilih pondok sebagai tempat tidurku selanjutnya atas usulan orang tua. Setelah meulupakannya aku tiba-tiba mengingatnya lagi dan aku bertanya pada teman lelaki saat SMA dan ternyata dia adalah salah satu teman SMA ku yang satunya yang juga berada di kampus yang sama, namun aku hanya diam. Dan aku hanya bisa berdoa pada Tuhan penguasa alam semesta ini agar diberi petunjuk dan berjalan di jalan yang lurus :D :D. Perkuliahan semester 3 dimulai dan itu hari senin jam 6.30 pagi masih segar-segarnya kami menerima pelajaran. Setelah perkenalan dosen selesai kini giliran mahasiswanya yang berkenlana satu sama lain. Setelah selesai kamipun langsung memulai perkuliahan pertama semester 3, ditengah-tengah pelajaran aku melihat keluar jendela karena merasa jenuh dengan perkuliahan itu dan tiba-tiba saja sosok yang selama ini kutahu dan sudah mulai kulupakan kini muncul lagi, ya,….. lelaki dalam mimpiku Ravin muncul kembali dalam kehidupanku. Wah, ini seperti sebuah siraman di hari pertama perkuliahan dan aku mulai senyum-senyum lagi sendiri tidak jelas. Apakah bunga-bunga kembali bersemi di hari senin?.
Tetap dalam perkuliahan tersebut aku berdoa semoga dipertemukan lagi ditempat yang tak terduga kepada Tuhan pencipta alam semesta ini. Setelah perkuliahan usai aku ingin cepat pulang, namun temanku masih lama didalam kelas dan aku harus menunggunya. Setelah selesai aku berjalan agak cepat dan ketika melewati koridor samping kamar mandi aku bertemu lagi dengannya. “ya Allah apakah ini mimpi?” kataku dalam hati dan benar-benar bertemu di tempat yang tak terduga yaitu kamar mandi :D. Sejak saat itu aku berdoa ingin dipertemukan dengannya dan selalu dikabulkan pada hari senin, aku tidak tahu kenapa, senin yang biasanya menjadi momok bagi mayoritas pelajar negeri ini maupun para pegawai karena harus mulai lagi siap-siap disemprot oleh pemimpin perusahaannya. Namun, menurutku senin adalah musim semi bagiku karena cintaku mulai bersemi seiring dengan senyumku yang semakin berkembang saat sesosok lelaki dalam mimpi yang menjadi kenyataan itu menjadi penyemangat dalam senyumku yang hanya dengan melihat wajah tampannya namun berbeda itu. Musim semi telah bersemi di negeri yang belum pernah ada musim semi ini.
Puisi untukmu :
ØAku tak tahu kenapa
Ini terjadi tanpa kendali
Datang memberiku cahaya senyum
Apa kabarmu?
Apa kau tahu aku?
Ini bagai musim semi
Musim semi di hari senin
Aku merasa kita berjalan berdekatan
Walaupun nyatanya jauh
Dan semakin mendekat
Jika tak kusadari
Hadirmu
Terima kasih Allah
Telah kau persembahkan
Makhluk pembuat senyumku :D
#karangan ini hanya fiktif belaka dan apabila ada kesamaan, mungkin karena ketidaksengajaan penulis :D #keepwriting
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H