Mohon tunggu...
Dina Y. Sulaeman
Dina Y. Sulaeman Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis, doktor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Direktur Indonesia Center for Middle East Studies www.ic-mes.org

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kamu Kan Juga Pake..?!

30 April 2010   23:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk kesekian kalinya, saya didebat soal gerakan boikot produk Zionis. Kalimat dibawah ini saya ubah redaksinya, tapi esensinya sama saja. “Kamu kan juga pake produk Zionis?! Tak perlu pula sok-sokan memboikot produk Zionis! Hampir semua yang kita pakai ini produk Yahudi: computer, hp, facebook, blog…!”

Ini jawaban saya:

1.Yahudi tidak selalu sama dgn Zionis. Ada Yahudi yang Zionis, ada juga Yahudi yang anti Zionis. Yang perlu kita boikot adalah produk perusahaan-perusahaan yang sebagian labanya disalurkan untuk Israel, atau jelas-jelas berdiri di Israel. Daftarnya ada di sini:

Bisa jadi itu perusahaan milik Yahudi yang Zionis, tapi bisa jadi milik Kristen yang Zionis [maaf, bukan bermaksud SARA, tapi istilah "Kristen Zionis" sudah jadi istilah umum dalam kajian Politik Internasional. Salah satu tokohnya adalah Joe Biden, wapres AS. Dia berkata, "I'm a Zionist. You don't have to be a Jew to be a Zionist." ] atau bahkan mungkin Muslim yang Zionis. [Muslim Zionis..? Well.. sangat mungkin kok. Contohnya, ada sebuah perusahaan yang jelas-jelas masuk daftar boikot, lalu buka cabang di Indonesia, lalu ada penguasaha Indonesia muslim yang membeli sebagian sahamnya.] Sekali lagi, yang dilihat adalah kemana aliran dananya mengalir.

2. Gerakan boikot produk Zionis tidak hanya ditujukan untuk muslim, tapi semua pihak yang berhati nurani. Bahkan gereja Inggris pun melakukan boikot (dengan cara menarik sahamnya) pada Caterpillar karena terbukti produk Caterpillar (buldozer) berperan besar dalam penghancuran rumah-rumah bangsa Palestina. Human Rights Watch dan Amnesty Intl pun memboikot Caterpillar.

3. Bagaimana kalau ternyata kita terpaksa pakai produk Zionis?
Sebelum saya jawab, saya tanya dulu: kalau Anda ujian di kampus, ada 4 soal, Anda cuma bisa jawab 2 soal, apa yang Anda lakukan? Keluar ruangan dan tidak menjawab sama sekali? Tentu tidak. Anda tetap jawab 2 soal, dan berharap minimalnya dapat B atau C.

Begitupun saya. Saat saya beli laptop, saya pilih produk perusahaan yang tidak termasuk dalam daftar boikot. Prosesornya memang buatan Intel (pendukung Zionis), tapi karena saya tidak punya pilihan lain, apa boleh buat. Minimalnya saya sudah menjawab 1 soal, daripada menyerah keluar ruangan dan tidak menjawab sama sekali. Got it?

Dalam kehidupan sehari-hari pun, saya melakukan pilihan-pilihan. Saat berbelanja, saya pilih supermarket lokal, bukan Carrefour. Saya pilih minum teh botol Sosro, bukan Coca Cola. Saya pilih Burger Edam, bukan McD, Dst.

Sekali lagi, hal ini berkaitan dengan hati nurani…

4. Khusus untuk muslim, terkait fatwa haram (di antara ulama yang mengharamkan menggunakan produk-produk dari perusahaan menyalurkan dananya kepada Israel adalah Ayatullah Khamenei, bisa baca di sini: dan Syekh Yusuf Qardhawi, baca di sini): ada kaidah ta’arudh bainal amrain (kontradiksi antara dua hal). Bila ada pertentangan kepentingan, maka pilihlah yang manfaatnya lebih besar dan keburukannya lebih kecil.

Misalnya, alkohol haram, tapi bila ada obat yang mengandung alkohol yang harus dimakan, dan obat itu satu-satunya yang tersedia, kalau kita tak makan obat itu penyakit kita akan semakin parah… nah, pada saat itu, kita dihadapkan pada dua hukum yang kontradiktif "alkohol haram" dan "menyelamatkan nyawa adalah wajib". Dalam situasi ini, kita harus memilih menyelamatkan nyawa dengan tetap makan obat tersebut (kita tidak bisa berkata, “mending mati deh daripada makan obat itu”, karena mempertahankan nyawa jauh lebih penting).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun