Mohon tunggu...
dinashofaa
dinashofaa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kriteria Warga Negara yang Baik dalam Islam

21 September 2024   18:18 Diperbarui: 21 September 2024   18:18 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Islam, sebagai agama yang komprehensif, bukan semata-mata mengatur kaitan antara manusia dengan Allah, akan tetapi memberikan panduan tentang bagaimana seorang muslim harus berperilaku sebagai warga negara yang baik. Konsep kewarganegaraan dalam islam berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial. Seorang muslim yang baik tidak hanya bertanggung jawab atas diri sendiri, tetapi juga memiliki kewajiban kepada masyarakat dan negaranya. Islam mengajarkan bahwa setiap individu memegang peranan penting dalam membangun masyarakat yang harmonis dan sejahtera. Oleh sebab itu, menjadi warga negara yang baik tidak hanya sekedar kewajiban sosial, tetapi juga bagian dari ibadah Allah SWT. 

Pertama, seorang warga negara yang baik dalam islam harus memiliki ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Ini menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter seorang muslim yang baik. Ketaatan ini tercermin dalam pelaksanaan ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu. Namun, ketaatan ini tidak hanya terbatas pada custom ibadah semata, melainkan juga harus tercemin dalam setiap aspek kehidupan sehari hari, seorang muslim yang baik hendaknya selalu berusaha menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap tindakan dan keputusan yang diambilnya. Hal ini termasuk dalam interaksinya dengan sesama warga negara, dalam menjalankan pekerjaannya, dan dalam partisipasinya dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya akan membimbing seorang muslim untuk selalu bertindak dengan etika yang baik, yang pada gilirannya akan membentuknya menjadi warga yang bertanggung jawab dan berintegritas.

Kedua, seorang warga negara yang baik dalam islam harus memiliki rasa cinta dan loyalitas terhadap negaranya. Konsep ini dikenal dalam islam sebagai hubbul wathan atau cinta tanah air. Nabi Muhammad SAW sendiri telah mencontohkan cinta tanah airini ketika beliau harus meninggalkan Makkah menuju Madinah. Beliau berdoa, "Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih dari itu." (https://muslimahnews.net/2023/12/17/25620/) Hal ini menunjukkan bahwa mencintai tanah air adalah bagian dari ajaran islam. Namun, cinta tanah air dalam islam bukanlah cinta buta yang membenarkan segala tindakan negara tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Sebaliknya, cinta tanah air dalam islam adalah cinta yang konstruktif, yang mendorong seorang muslim untuk berkontribusi positif bagi kemajuan negaranya. Ini bisa diwujudkan melalui berbagai cara, seperti menjaga keamanan dan ketertiban, mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, membayar pajak, berpartisipasi dalam pembangunan, dan bahkan mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan kemaslahatan umum. Dengan demikian, cinta tanah discuss seorang muslim tidak hanya sebatas trademark, tetapi terwujud dalam tindakan nyata untuk memajukan negaranya.
 
Ketiga, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki sikap toleransi dan menghargai keberagaman. Islam mengajarkan bahwa perbedaan adalah sunnatullah atau ketetapan Allah yang tidak bisa dihindari. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Hujurat Ayat 13, yang artinya: "Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saking mengenal." (https://news.detik.com/berita/d-5660977/surat-al-hujurat-ayat-13-arti-bacaan-dan-maknanya/amp) Ayat ini menegaskan bahwa keberagaman adalah dessain Ilahi yang harus diterima dan dihargai. Dalam konteks kewarganegaraan, seorang muslim yang baik harus mampu hidup berdampingan dengan warga negara lain yang mungkin berbeda suku, agama, ras, atau golongan. Ia harus menghormati hak-hak mereka, menghargai perbedaan pendapat, dan bahkan melindungi kebebasan beragama mereka. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh yang sangat baik tentang hal ini melalui piagam madinah, di mana beliau membangun sebuah masyarakat yang plural namun harmonis. Sikap toleransi ini tidak berarti mencampuradukkan akidah atau memandang semua agama setara, namun lebih cenderung menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi kemanusiaan. Dengan sikap toleran, seorang muslim dapat menjadi agen perdamaian dan pemersatu dalam masyarakat yang beragam.
 
Keempat, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki semangat untuk menuntut ilmu dan mengembangkan diri. Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Seorang muslim yang baik harus terus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, tidak hanya di bidang agama tetapi juga di berbagai bidang pendidikan. Hal ini penting karena seorang warga negara yang terdidik dan terampil akan dapat berkontribusi lebih banyak bagi kemajuan negaranya. Ia akan mampu berpikir kritis, menganalisis berbagai isu sosial dan politik dengan bijak, dan memberikan solusi yang inovatif bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat dan negara. Selain itu, dengan ilmu pengetahuan yang memadai, seorang muslim akan lebih mampu memahami dan melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara dengan baik. Ia akan lebih memahami hak dan kewajibannya,lebih paham tentang sistem pemerintahan dan proses demokrasi,serta lebih mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Oleh karena itu,menuntut ilmu dan mengembangkan diri bukan hanya kewajiban agama,tetapi juga merupakan tanggung jawab sebagai warganegara yang baik.


Kelima, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki kepedulian sosial dan semangat gotong royong. Islam sangat menekankan pentingnya kepedulian terhadap sesama dan kerjasama dalam kebaikan. Dalam konteks kewarganegaraan, sikap ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, membantu tetangga atau warga yang membutuhkan, ikut serta dalam program-program pemberdayaan masyarakat, atau bahkan menjadi relawan dalam situasi bencana. Semangat gotong royong ini juga tercermin dalam kesediaan untuk bekerjasama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah dan sesama warga negara, dalam upaya membangun dan memajukan negara. Seorang muslim yang baik tidak boleh bersikap individualis atau hanya mementingkan diri sendiri. Ia harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan selalu siap berkontribusi untuk kemaslahatan bersama. Dengan sikap seperti ini, seorang muslim tidak hanya menjadi warga negara yang baik, juga menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat.
 
Keenam, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki integritas dan kejujuran
Seorang muslim yang baik harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dalam setiap tindakannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam interaksinya dengan masyarakat dan negara. Ini termasuk kejujuran dalam membayar pajak, dalam melaporkan pendapatan, dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pekerjaan, dalam berpartisipasi dalam pemilihan umum, dan dalam segala bentuk interaksi dengan lembaga-lembaga negara. Integritas juga berarti konsistensi antara ucapan dan perbuatan. Seorang warga negara yang berintegritas akan selalu berusaha untuk menjaga amanah yang diberikan kepadanya, baik itu amanah dalam jabatan publik maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ia akan menolak segala bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Dengan integritas dan kejujuran, seorang muslim tidak hanya menjadi teladan bagi warga negara lainnya, tetapi juga berkontribusi dalam membangun sistem pemerintahan dan masyarakat yang bersih dan berintegritas.
 
Ketujuh, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki kesadaran hukum dan disiplin. Islam mengajarkan pentingnya ketertiban dan kepatuhan terhadap aturan.Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat 59 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul(Muhammad), dan Ulil Amri(pemegang kekuasaan) diantara kamu." (https://news.detik.com/infografis/d-5004371/surat-an-nisa-ayat-59-taatilah-allah-rasul-dan-pemimpin-di-antara-kamu) Ayat ini menjadi dasar bagi seorang muslim untuk taat kepada pemimpin dan hukum yang berlaku, selama tidak berlawanan dengan syariat Islam. Dalam konteks kewarganegaraan advanced, berarti seorang muslim harus memiliki kesadaran hukum yang tinggi. Ia harus memahami dan mematuhi hukum dan norma yang berlaku di masyarakat dan negara. Kesadaran hukum ini tidak hanya terbatas pada ketaatan pasif, tetapi juga mencakup partisipasi aktif dalam menegakkan hukum dan keadilan. Seorang warga negara yang baik harus berani melaporkan pelanggaran hukum yang ia saksikan, berpartisipasi dalam upaya pencegahan kejahatan, dan bahkan berani mengoreksi kebijakan atau peraturan yang dianggap tidak adil melalui cara-cara yang konstitusional. Selain itu, disiplin juga menjadi aspek penting dalam karakteristik warga negara yang baik. Disiplin ini tercermin dalam ketepatan waktu, ketertiban dalam berbagai aspek kehidupan, dan konsisten dalam menjalankan fungsi dan tugasnya berbekal hukum dan disiplin yang tinggi, umat islam lebih dari sekedar warga negara yang taat, akan tetapi berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang tertib dan berkeadilan.
 
Kedelapan, seorang warga negara yang baik dalam Islam harus memiliki semangat untuk berkontribusi dan berprestasi. Islam mengajarkan bahwa setiap muslim harus berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam setiap aspek kehidupannya. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai jika seseorang melakukan suatu pekerjaan hendaknya ia melakukannya dengan itqan (profesional)." (HR. Thabrani). Dalam konteks kewarganegaraan, ini berarti seorang muslim harus memiliki semangat untuk memberikan yang terbaik bagi negaranya. Ia harus berusaha untuk berprestasi dalam bidang yang ditekuninya, apakah itu dalam pendidikan, pekerjaan, olahraga, seni, atau bidang lainnya. Prestasi ini bukan hanya untuk kebanggaan pribadi, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata bagi kemajuan negara. Seorang ilmuwan muslim yang melakukan penemuan penting, seorang atlet muslim yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, seorang pengusaha muslim yang menciptakan lapangan kerja, atau seorang seniman muslim yang memperkaya khazanah budaya nasional, semuanya adalah contoh warga negara yang baik yang berkontribusi melalui prestasi mereka. Selain itu, semangat berkontribusi juga dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan. Ini bisa berupa keterlibatan dalam organisasi sosial, partisipasi dalam musyawarah desa atau kota, atau bahkan kesediaan untuk menjadi kandidat dalam pemilihan pejabat publik. Dengan semangat berkontribusi dan berprestasi, seorang muslim tidak hanya mengembangkan potensi dirinya, tetapi juga secara langsung berperan dalam memajukan negaranya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun