Malang – Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan seseorang. Di usia ini, seorang individu mulai membentuk identitas diri yang menjadi pondasi kepribadian mereka di masa depan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), ditemukan bahwa pola asuh orang tua memainkan peran penting dalam pembentukan identitas diri remaja. Penelitian ini melibatkan Muhammad Rosyidul ‘Ibad, Sri Widowati, Muhammad Ari Arfianto, Zahid Fikri, dan Alaili Anzalna Rahmab.
Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh demokratis, otoriter, dan permisif terhadap pembentukan identitas diri remaja. Hasilnya menunjukkan bahwa pola asuh demokratis lebih banyak diterapkan oleh para orang tua dan terbukti memiliki pengaruh signifikan dalam membantu remaja membentuk identitas diri yang positif.
Pola Asuh Demokratis Dominan di Karangploso
Menurut Muhammad Rosyidul ‘Ibad, pola asuh demokratis adalah cara mendidik anak dengan memberikan kebebasan berekspresi, tetapi tetap dalam koridor aturan yang jelas. "Pola ini memungkinkan anak untuk merasa dihargai, namun juga memahami batasan yang ada. Dengan demikian, mereka dapat berpikir secara mandiri dan belajar bertanggung jawab atas tindakan mereka," ujar Rosyidul.
Dari 80 responden remaja yang menjadi partisipan penelitian, mayoritas menunjukkan identitas diri yang terbentuk di level sedang hingga tinggi. Hal ini dikaitkan dengan pola asuh demokratis yang diterapkan oleh orang tua mereka.
Hubungan Pola Asuh dengan Identitas Diri
Sri Widowati menjelaskan bahwa hubungan erat antara pola asuh orang tua dan identitas diri remaja terlihat jelas dari hasil penelitian ini. “Dalam fase remaja, anak cenderung mencari pengakuan dan ingin diterima. Pola asuh demokratis memberikan ruang untuk itu tanpa menghilangkan kendali orang tua,” katanya.
Namun, penelitian ini juga mencatat adanya pengaruh dari pola asuh otoriter dan permisif, meskipun dampaknya tidak sebaik pola asuh demokratis. Pola asuh otoriter, yang cenderung membatasi kebebasan anak, serta pola permisif, yang cenderung terlalu longgar, justru bisa menghambat pembentukan identitas diri secara optimal.
Implikasi untuk Orang Tua
Muhammad Ari Arfianto menekankan pentingnya peran orang tua dalam mendampingi anak pada fase pencarian jati diri. “Orang tua perlu memahami bahwa remaja adalah masa transisi. Mereka bukan lagi anak-anak, tetapi juga belum sepenuhnya dewasa. Cara mendidik yang tepat sangat penting untuk membantu mereka menemukan siapa diri mereka sebenarnya,” ujar Ari.
Penelitian ini, yang telah mendapatkan persetujuan etik dengan nomor No.E.5.a/261/KEPK-UMM/XII/2021, memberikan gambaran yang jelas bahwa pendekatan orang tua yang demokratis bisa menjadi kunci dalam mendukung perkembangan mental dan emosional remaja.
Pesan untuk Generasi Muda
Zahid Fikri dan Alaili Anzalna Rahmab, sebagai bagian dari tim , juga menyoroti pentingnya komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Mereka menekankan bahwa keterbukaan dan saling menghormati adalah fondasi dari pola asuh demokratis yang berhasil. “Anak perlu merasa bahwa pendapat mereka dihargai. Itu akan membuat mereka lebih percaya diri dan mampu membangun identitas diri yang kuat,” jelas Zahid.
Dengan hasil penelitian ini, tim dosen UMM berharap dapat memberikan panduan bagi para orang tua, pendidik, dan pihak terkait untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan remaja. Sebagai generasi penerus, remaja yang memiliki identitas diri yang positif akan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.
Kesimpulan
Pola asuh demokratis terbukti menjadi pendekatan yang efektif untuk membantu remaja di Karangploso membentuk identitas diri yang positif. Penelitian ini memberikan pesan penting bahwa keberhasilan pembentukan identitas diri tidak hanya bergantung pada remaja itu sendiri, tetapi juga pada peran aktif orang tua dalam mendidik dan mendampingi mereka.