Mohon tunggu...
Dhina Sabriana
Dhina Sabriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi Perpajakan D4 Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Melihat Hujan Sebagai Nikmat, Bukan Cobaan

12 Desember 2024   19:13 Diperbarui: 12 Desember 2024   19:13 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki November 2024, Indonesia kembali diguyur hujan. Di berbagai tempat, genangan air mulai terlihat, terutama di wilayah-wilayah yang rawan banjir. Sayangnya, bagi sebagian orang, hujan sering dianggap sebagai hambatan. Jalanan macet, pakaian basah, hingga genangan air yang mengganggu aktivitas sehari-hari kerap membuat banyak orang kesal. Namun, pernahkah kita berhenti sejenak untuk memandang hujan dari sisi yang berbeda sebagai sebuah nikmat, bukan cobaan?

Hujan adalah salah satu elemen penting dalam siklus kehidupan. Tetesan air yang turun dari langit membawa banyak manfaat. Hujan menyuburkan tanah, mengisi cadangan air tanah, dan menjaga keseimbangan ekosistem. Bagi para petani, hujan adalah jawaban atas doa-doa mereka. Dengan turunnya hujan, tanaman tumbuh subur, ladang menjadi hijau, dan harapan panen melimpah pun semakin besar.

Selain itu, hujan juga membawa kedamaian tersendiri. Suara rintik hujan, misalnya, dapat memberikan efek menenangkan. Banyak orang merasa suasana hujan adalah momen yang tepat untuk bersantai, merefleksikan diri, atau berkumpul bersama keluarga. Dengan perspektif yang positif, hujan menjadi lebih dari sekadar fenomena alam yang menjadi rahmat yang harus disyukuri.

Namun, tidak dapat disangkal bahwa hujan juga membawa tantangan. Genangan air sering kali berubah menjadi banjir karena buruknya sistem pembuangan air. Sampah yang menyumbat selokan menjadi salah satu penyebab utama. Pohon-pohon tua yang kurang dirawat juga berisiko tumbang saat hujan deras disertai angin kencang. Di wilayah pegunungan, hujan yang berlebihan dapat memicu longsor akibat kurangnya penanaman kembali pada area yang telah mengalami deforestasi.

Alih-alih memandang hujan sebagai musibah, kita bisa memaknainya sebagai pengingat. Hujan mengajarkan kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Dengan menjaga kebersihan selokan, melakukan reboisasi, dan merawat pohon-pohon tua, kita dapat meminimalkan dampak buruk yang disebabkan oleh hujan.

Pada akhirnya, hujan adalah bagian dari siklus kehidupan yang penuh makna. Jika kita mampu melihatnya dari sisi yang positif, hujan tidak lagi terasa seperti cobaan, melainkan sebuah nikmat yang patut disyukuri. Mari belajar menikmati setiap tetes hujan yang jatuh, karena di dalamnya terkandung rezeki, pelajaran, dan harapan bagi kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun