Apa pentingnya bicara tentang Sumpah Pemuda? Mungkin pertanyaan itu yang berkelebat di benak ketika kita sudah lelah dengan hiruk-pikuk drama penguasa di berbagai media. Padahal jika menurut Asep Kambali, aktivis muda pegiat sejarah Indonesia, kehancuran ingatan sejarah kaum muda akan menyebabkan kehancuran bangsa. Sehingga, tulisan ini lebih menggunakan pendekatan penelusuran proyeksi Indonesia dalam kesinambungan sejarah, bagaimana orang-orang muda  menciptakan bangsa bernama Indonesia, bagaimana tantangan orang-orang muda masa kini menjawab perannya sebagai ujung tombak perjalanan bangsa.
Dalam pidato 1 Juni 1945, sebelum Indonesia terbentuk sebagai negara, Bung Karno menyebutkan dasar kebangsaan Indonesia. Bangsa Indonesia ada lebih dulu sebelum berdirinya negara Indonesia. Dengan menggunakan definisi dari Ernest Renan, Bung Karno menyampaikan bahwa bangsa adalah sekumpulan orang-orang yang berkehendak untuk bersatu. Dan sebuah bangsa bernama Indonesia dalam definisi ini, memang telah terbentuk pada tahun 1928 atas prakarsa para pemuda yang berkumpul untuk berkata:
"SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedoewa :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Pemuda selalu menjadi lini depan dalam tiap pergerakan sosial. Dalam kaitan dengan kebutuhan sosial yang butuh banyak energi, pemuda menemukan urgensitasnya. "Tentang Nama Indonesia" ditulis oleh Hatta ketika belum genap berusia dua puluh lima. Tulisan ini berisi ekspresi cita-cita politis bernama "Indonesia", saat entitas yang dimaksud masih bernama Hindia-Belanda. Â Sementara Bung Karno mendirikan "Partai Nasional Indonesia" saat masih berusia duapuluh enam tahun.
Kaum muda pada masa kolonial ini tidak menerima begitu saja struktur kolonial yang melahirkan mereka, atau kembali pada struktur feodal yang melahirkan orang tua mereka. Kaum muda ini justru justru mengembangkan sendiri sistem dan struktur otentik yang mewarnai perjalanan Indonesia selanjutnya. Menariknya, bangsa baru ini tidak bernama Nusantara atau Jawa, tetapi Indonesia. Menurut Benedict Anderson, seorang ahli Indonesia, kebangsaan Indonesia bukan kebangsaan yang alami, tidak melambangkan suatu entitas etnis, tetapi kebangsaan etis yang dibentuk dan diemong. Artinya kebangsaan Indonesia bukan kebangsaan warisan kerajaan di Jawa atau Belanda yang sebelumnya pernah berkuasa, tapi bentukan pemuda generasi awal 1900an.